Wednesday, July 9, 2014

laporan satuan operasi PENGUKURAN ELASTISITAS BAHAN HASIL PERTANIAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Saat sektor pertanian sedang dalam masa panen, bahan hasil pertanian yang diperoleh bisa berjumlah sangat banyak. Bahan hasil pertanian sebelum dikonsumsi ataupun diolah lebih lanjut harus dipindahkan dari sawah ke tempat penyimpanannya. Untuk memindahkan bahan hasil pertanian tersebut petani harus menggunakan alat yang menghemat tenaga dan efisien. Saat dibawa ke tempat penyimpanan hasil panen tentunya harus dibawa dengan jumlah yang tidak sedikti agar cepat dan tidak menghabiskan waktu yang banyak. Hasil panen yang diangkut dengan alat maupun dipikul akan mengalami gesekan, getaran dan benturan yang dapat menyebabkan kerusakan mekanis pada bahan. Tingkat elastisitas bahan hasil pertanian sangat bervariasi. Tingkat elastisitas ini akan mempengaruhi seberapa kuat hasil panen bertahan dari kerusakan akibat perlakuan yang diperolehnya. Oleh karena itu, kita perlu melakukan praktikum mengenai pengukuran elastisitas bahan hasil pertanian.

1.2 Tujuan Praktikum
            Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui cara pengukuran elastisitas bahan hasil pertanian.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Elastisitas
Hampir semua bahan memiliki sifat elastisitas (elasticity). Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali kebentuk awalnya setelah gaya luar yang diberikan pada benda tersebut hilang. Sedangkan, benda yang plastis adalah benda yang tidak kembali kebentuk semula saat gaya dilepaskan (Giancoli, 2001).
Apabila gaya luar menghasilkan perubahan bentuk (deformation) tidak memiliki batas tertentu, maka perubahan bentuk hilang sesudah gaya dilepas. Benda dianggap mengalami gaya luar benar-benar elastis sempurna (perfectly elastic), yaitu benda kembali kebentuk semula secara utuh setelah gaya dilepas. Zat dari benda elastis dianggap homogen dan terbagi merata diseluruh volumenya sehingga meskipun suatu elemen kecil dipotong dari benda, elemen tersebut masih memiliki sifat fisik tertentu yang sama seperti benda itu sendiri. Sebagian besar benda isotropik, sifat elastisnya dianggap sama ke semua arah. Pada suatu sifat elastis terdapat regangan dan tegangan (Sebayang, 1986).
2.2. Pengertian Tegangan dan Regangan
Tegangan (stress) adalah gaya pendeformasi persatuan luas menghasilkan regangan (strain) yang merupakan deformasi satuan. Tegangan didefinisikan sebagai (F/A) hasil bagi antara gaya F yang dialami kawat dengan luas penampang A atau bisa juga didefinisikan sebagai gaya persatuan luas. Regangan atau deformasi satuan merupakan besaran yang tidak berdimensi. Regangan didefinisikan sebagai (∆L/Lo) hasil bagi antara pertambahan panjang ∆L dengan panjang awalnya Lo atau perbandingan perubahan panjang dengan panjang awalnya. Ekspresi hubungan antara keduanya dikenal dengan elastisitas modulus atau modulus Young yang berfungsi untuk menyatakan kekuatan bahan (Walker, 2008).

2.3. Karakteristik Mekanis
Hukum Hooke tentang modulus elastis (Modulus Young) diterapkan pada daerah linier elastis. Bila muatan tekanan berlebihan maka bahan akan kembali ke bentuk asal, bila bahan diregangkan hingga mendekati batas elastis hanya sebagian yang kembali ke keadaan aslinya dan menjadi bentuk permanen. Pada daerah elastis jika beban diberikan berupa gaya tarik maka bahan akan bertambah panjang dan jika berupa gaya tekan maka bahan menjadi lebih pendek. Jika gaya ditiadakan maka bahan akan kembali ke bentuk semula. Pada daerah plastis, terjadi perubahan struktur yang permanen yang diikuti dengan patah statis. Pada deformasi elastis, regangan (strain) sebanding dengan tegangan (stress) (Sahara, 2010).
2.4. Kerusakan Mekanis Bahan Pangan
            Kerusakan mekanis terjadi akibat benturan-benturan mekanis yang dapat terjadi selama pemanenan, pengolahan, pengangkutan serta pemanasan, antara bahan pangan dan alat panen atau alat pengangkut, atau antara bahan pangan dan wadah pengolah.  Kerusakan yang timbul antara lain memar (akibat benturan, tertindih atau tertekan), gepeng, retak, pecah, sobek atau terpotong, dan lain-lain.  Bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan mekanis adalah buah-buahan (terutama yang berkulit lunak), sayuran terutama sayuran buah (tomat, timun), telur dan umbi-umbian (Lukman, 2013).
Kerusakan mekanis disebabkan adanya benturan-benturan mekanis. Kerusakan ini terjadi pada benturan antar bahan, waktu dipanen dengan alat, selama pengangkutan (tertindih atau tertekan) maupun terjatuh. Kerusakan ini juga bisa terjadi akibat kecerobohan dalam proses pemanenan maupun serangan dari hama penyakit tanaman. Kerusakan mekanis dapat mengakibatkan memar pada permukaan kulit dan jaringan pangan dan memicu kerusakan lebih lanjut akibat tumbuhnya mikroorganisme (Ismanilda, 2011).
Kerusakan pangan adalah setiap perubahan sifat-sifat fisik, kimiawi, atau sensorik/organoleptik yang ditolak oleh konsumen pada bahan pangan yang masih segar maupun yang telah diolah.  Jika terjadi perubahan pada bahan makanan sehingga nilainya menurun, maka dinyatakan makanan tersebut telah rusak atau membusuk.  Perubahan yang nyata terlihat dari perubahan sensorik (penampakan, konsistensi, bau dan rasa), sehingga konsumen menolak (Sinell, 1992).




























BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 15 Desember 2013 di Laboratorium Teknik Bioproses Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
3.2.      Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah satu jangka sorong, gelas ukur, timbangan digital, beban 500 gram, 1000 gram dan 1500 gram serta alat ukur elastisitas bahan.
3.2.2. Bahan-bahan Praktikum
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah buah pear, buah mangga apel, buah jeruk, buah apel dan air 500 ml.
3.3. Prosedur Kerja
Langkah-langkah kerja yang dilakukan pada praktikum adalah sebagai berikut:
1.      Ditimbang masing-masing buah dengan timbangan digital.
2.      Diukur diameter masing-masing buah secara vertikal dan horizontal dengan menggunakan jangka sorong.
3.      Diukur volume masing-masing buah dengan meletakkannya dalam gelas ukur yang sudah diisi air.
4.      Diambil alat untuk mengukur elastisitas dan diletakkan masing-masing buah di bawahnya.
5.      Diberi beban di atas masing-masing buah.
6.      Diukur devikasi masing-masing buah secara vertikal dan horizontal.
7.      Dicatat devikasi yang terjadi untuk setiap penambahan beban.


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengukuran Elastisitas Bahan Hasil Pertanian

No.
Bahan

Massa (gr)

Volume
(ml)
Diameter
(cm)
Devikasi
(mm)
V
H
500 gr
1000 gr
1500 gr
V
H
V
H
V
H
1.
2.
3.
4.
Jeruk
Apel
Pear
Mangga
149,27
189,86
167,68
218,9
140
190
160
200
5,47
6,65
7,67
6,04
6,77
7,24
6,20
7,76
0,27
0,00
0,01
0,07
0,58
0,08
0,00
0,03
0,96
0,00
0,02
0,16
1,26
0,06
0,12
0,34
1,34
0,21
0,13
0,28
1,43
0,05
0,35
0,17
Tabel 2. Hasil Pengamatan Konversi Data Elastisitas Bahan
No.
Bahan
Massa
(lb)
Volume
(in3)
Diameter
                 (in)                
V
H
1.
2.
3.
4.
Jeruk
Apel
Pear
Mangga
0,2814
0,4186
0,0343
0,4825
55,188
74,803
62,992
78,74
2,153
2,618
3,022
2,378
2,665
2,8054
2,4409
3,0551
Tabel 3. Hasil Pengamatan Konversi Data Devikasi
Konversi Data Defikasi (in)
No.
Bahan
500 gr
1000 gr
1500 gr
V
H
V
H
V
H
1.
2.
3.
4.
Jeruk
Mangga
Pear
Apel
0,01
0,00275
0,00039
0
0,022
0,0012
0
0,0315
0,037
0,0062
0,00078
0
0,049
0,0133
0,00047
0,0132
0,052
0,011
0,00512
0,0083
0,042
0,0069
0,0017
0,0019


BAB V
PEMBAHASAN
Elastisitas adalah sifat benda atau bahan yang dapat kembali ke bentuk semula. Terdapat dua macam benda berdasarkan sifat elastisitasnya, yaitu benda elastis dan benda plastis. Benda elastis adalah yang benda yang dapat kembali ke bentuk semula jika gaya luar yang diberikan pada benda dilepaskan, contohnya karet. Sementara itu, benda plastis adalah benda yang tidak dapat kembali ke bentuk semula jika diberikan gaya meskipun gaya tersebut telah dihilangkan, contohnya plastisin dan tanah liat.
Percobaan dalam praktikum ini dilakukan pengukuran terhadap bahan hasil pertanian yaitu buah jeruk, apel, pear dan mangga. Buah-buah tersebut diukur massa, volume, diameter (vertikal dan horizontal) dan devikasinya setiap terjadi penambahan beban. Kemudian dihitung nilai radius dibawah kompresi, regangan, elastisitas, dan frekuensi natural setiap buah. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan, diketahui bahwa masing-masing buah mengalami perubahan diameter vertikal dan horizontal setelah diberi beban (devikasi), baik beban 500 gram, 1000 gram dan 1500 gram. Setelah dihitung secara vertikal dan horizontal, buah yang memiliki nilai radius di bawah kompresi paling besar adalah pear yaitu 0,8815 in. Regangan buah yang bernilai paling besar adalah buah pear yaitu 1,7199 in. Sedangkan elastisitas buah yang paling tinggi adalah mangga yaitu 2452,7140 lb/in2s2. Nilai frekuensi natural yang paling besar dimiliki oleh buah pear yaitu 7727808,802.
Dengan mengetahui nilai elastisitas masing-masing buah maka dapat ditentukan cara untuk menangani buah, sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan mekanis pada buah tersebut. Semakin tinggi daya tahan buah terhadap berat yang diberikan, maka semakin tinggi juga nilai elastisitas buah. Jika berat yang diberikan lebih tinggi daripada daya tahan buah maka buah akan mengalami kerusakan mekanis, misalnya buah menjadi memar, penyok atau bahkan hancur.
Pengetahuan tentang elastisitas bahan hasil pertanian khususnya buah-buahan sangat diperlukan dalam teknik pengemasan buah. Teknik pengemasan harus disesuaikan dengan karakteristik buah, karena setiap buah memiliki ketahahanan yang berbeda-beda terhadap benturan, tekanan dan gesekan. Buah yang memiliki nilai elastisitas paling besar mampu menahan beban lebih banyak, artinya saat dilakukan pengemasan buah tersebut bisa ditumpuk dengan jumlah buah yang lebih banyak juga, sehingga tidak menghabiskan banyak kotak atau kemasan lainnya. Mangga bisa dikemas dengan karung maupun keranjang dengan tumpukan yang relatif banyak tanpa mengalami kerusakan, hal ini disebabkan karena mangga memiliki serat-serat seperti rambut dalam daging buahnya. Serat ini akan menahan benturan dan tekanan yang berpotensi merusak mangga. Sedangkan cara pengemasan lainnya adalah dengan menggunakan kotak dengan menambahkan gabus pada selah antarbuah untuk menghindari gesekan yang terjadi. Seperti buah apel dan pear biasanya menggunakan plastik  untuk pengemasannya. Hal ini karena kulit kedua buah ini tidak terlalu keras dan sensitif terhadap gesekan yang terjadi. Oleh karena itu, buah pear dan apel tidak bisa ditumpuk terlalu banyak saat dilakukan pengemasan dan pengangkutan. Pada buah jeruk, meskipun jeruk adalah buah yang sangat elastis karena kandungan airnya yang banyak. Jeruk tidak boleh dikemas dengan tumpukan yang banyak, namun harus dengan tumpukan yang kecil  karena buah ini akan pecah dan rusak. Setiap buah harus diperlakukan sesuai dengan karakteristik buah itu sendiri. Karena setiap buah memiliki nilai alstisitas yang berbeda-beda saat disusun secara horizontal atau vertikal.
Pengemasan buah yang baik dapat melindungi buah dari kerusakan ,melindungi dari kerusakan mekanis (gesekan, tekanan, getaran), melindungi buah dari pengaruh lingkungan temperatur, kelembaban, angin. Pengemasan bisa melindungi dari kotoran/pencemaran, memudahkan penanganan, meningkatkan pelayanan dalam pemasaran serta mengurangi/menekan biaya transportasi.
Untuk akselerasi getaran pada bagian atas dari buah selama transportasi tergantung pada beberapa faktor yaitu, kedalaman truk container, kepadatan pengisian, tipe sistem suspensi yang ada di truk, besarnya gaya getaran pada permukaan jalan dan karakteristik getaran buah. Semua faktor tersebut akan mempengaruhi tingkat kerusakan yang dialami buah saat pengangkutan.
Perhitungan frekuensi natural digunakan untuk simulasi kondisi pengangkutan berdasarkan nilai elastisitas bahan yang diamati dalam laboratorium. Tahap awal dalam menentukan frekuensi  natural getaran pada kedalaman yang berbeda dapat menggunakan tes kompresi melalui nilai elastisitas.
Pengangkutan umumnya diartikan sebagai penyimpanan berjalan. Semua kondisi penyimpanan pada komoditas yang diangkut harus diterapkan.  Faktor pengangkutan yang perlu diperhatikan adalah fasilitas angkutannya, jarak yang ditempuh atau lama perjalanan, kondisi jalan dan kondisi lingkungan selama pengangkutan serta perlakuan “bongkar-muat” yang diterapkan. Teknik pengemasan yang baik sangat diperlukan dalam pengangkutan buah agar faktor pengerusak lain selain kerusakan mekanis dapat dihindarkan. Faktor-faktor tersebut diantaranya serangan hama dan penyakit setelah panen. Selain itu bahan kimia juga perlu diberikan pada buah yang sedang diangkut.
Tujuan pemberian bahan kimia pada buah, antara lain insektisida atau fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit setelah panen. Penyerap etilen (ethylene absorber) untuk mengikat gas etilen yang timbul selama penyimpanan buah agar pematangan buah dapat diperlambat.  Pemberian etilen untuk mempercepat pematangan atau untuk pemeraman. Pemberian zat penghambat pertunasan untuk menekan tumbuhnya tunas. Pelilinan untuk mengganti atau menambah lapisan lilin yang ada dipermukaan buah. Pemberian kapur pada tangkai kubis (bekas potongan) untuk mencegah pembusukan. Pemberian senyawa tertentu untuk warna yang lebih baik.








BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.    Elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk semula setelah gaya yang diberikan terhadap benda tersebut dilepaskan.
2.    Buah yang memiliki nilai radius di bawah kompresi paling besar adalah pear yaitu 0,8815 in. Regangan paling besar adalah buah pear yaitu 1,7199 in. Elastisitas buah yang paling tinggi adalah mangga yaitu 2452,7140 lb/in2s2. Frekuensi natural yang paling besar dimiliki oleh buah pear yaitu 7727808,802.
3.    Dengan mengetahui nilai elastisitas masing-masing buah maka dapat ditentukan cara untuk menangani buah, sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan mekanis pada buah tersebut.
4.    Setiap jenis buah harus di tangani dengan perlakuan yang berbeda-beda, cara pengemasan yang berbeda dan cara pengangkutan yang berbeda pula.
5.    Pemberian bahan kimia pada buah adalah untuk meminimalisir terjadinya kerusakan pada buah dan mengatur agar buah sesuai dengan kehendak yang diinginkan.

6.2 Saran
            Saran penulis untuk praktikum ini adalah agar pengetahuan dari praktikum ini dapat diaplikasikan oleh petani agar bahan hasil pertanian dapat ditangani dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Akhirudin, T., 2008. Desain Alat Destilasi Air Laut dengan Sumber Energi Tenaga Surya sebagai Alternatif Penyediaan Air Bersih. IPB Press. Bogor
Alakali, Joseph S., Sunday O. Eze, and Michael O. Ngadi., 2012. Influence of Variety and Processing Methods on Specific Heat Capacity of Crude Palm Oil. International Journal of Chemical Engineering and Applications, Vol. 3 (5) : 300 – 302. McGill University. Canada

Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Pustaka Gramedia Utama. Jakarta

Anonim a, 2008. Modul Praktikum Mekanika Fluida. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto

Anonim a, 2008. Modul Praktikum Mekanika Fluida. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto

Anonim b, 2013. Mekanika Fluida. http://id.wikipedia.org/wiki/Mekanika_fluida. (Diakses pada tanggal 3 Desember 2013)

Anonim b, 2013. Mekanika fluida. http://id.wikipedia.org/wiki/Mekanika_fluida. (Diakses pada tanggal 3 Desember 2013)

 Anonim, 2007. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi. Fakultas Pertanian.    Universitas Mataram. Mataram

Anonim, 2010. Kalorimeter. www.sarjanaku.com. (Diakses pada tanggal 3 Desember 2013)

Anonim, 2012. Peralatan Pengecilan Ukuran. http://agroindustrialis.blogspot. com/2012/06/peralatan-pengecil-ukuran-size.html. (Diakses pada hari Kamis, 19 desember 2013)

Arutanti, Osi dan Mikrajuddin Abdullah, Khairurrijal, dan Hernawan Mahfudz. 2009. Penjernihan Air Dari Pencemar Organik dengan Proses Fotokatalis pada Permukaan Titanium Dioksida (TiO2) . Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880

Budiarti, Akhmad. 2009.,  Teknologi Sederhana. Erlangga. Jakarta

Choirunnisa, F., 2009. Dasar-Dasar Keteknikan Pengolahan. Liberty. Yogyakarta
Fathi, 2013. Laporan Praktikum Mekanika Fluida. http://binderismine. blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-mekanika-fluida.html. (Diakses pada tanggal 3 Desember 2013)

Fathi, 2013. Laporan Praktikum Mekanika Fluida. http://binderismine. blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-mekanika-fluida.html. (Diakses pada tanggal 3 Desember 2013)

Giancoly, D.C., 2001. Fisika Jilid 1(Terjemahan). Erlangga. Jakarta

Gibbs, K. 2008. Advanced Physics. Cambridge University Press. New York

Intan, Sunita., 2013. Filtrasi Air Limbah. http://sunitaintan.blogspot.com/ 2013/01/filtrasi-air-limbah.html. (Diakses pada hari Rabu 11 Desember 2013)

Ismanilda. A., 2011. Ilmu Pangan Lanjut. Liberty. Yogyakarta

Jennes, 2005. Teori dan Prosedur mutu susu. Jilid 1. Liberty.Yogya

Juliastuti, E., 2002. Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta

Karmana, O., 2009. Pengantar Fisika Teknik. Rhineka Cipta. Jakarta

Lukman, D., 2013. Kerusakan Pangan. http://higiene-pangan.blogspot.com/2013/ 07/kerusakan-pangan.html. (Diakses pada hari Selasa, 17 Desember 2013)

Munson and Young., 2009. Fundamentals of Fluids Mechanics, ed. 4. Erlangga. Jakarta

Munson and Young., 2009. Fundamentals of Fluids Mechanics, ed. 4. Erlangga. Jakarta

Nabawiyah, Khilfatin & Ahmad Abtokhi., 2010. Penentuan Nilai Kalor dengan Bahan Bakar Kayu Sesudah Pengeringan serta Hubungannya dengan Nilai Porositas Zat Padat. Jurnal Neutrino, Vol.3 (1) : 13 – 20. UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang

Nurmaed, Im., 2012. Laporan Praktikum Destilasi. http://imnurmaed.blogspot.com/ 2012/12/laporan-rktikum-destilasi.html. (Diakses pada hari Rabu 11 Desember 2013)

Oliveira, J. M., Lessio, B. C., Morgante, C. M., Santos, M. M. and Augusto, P. E. D. 2012. Specific Heat (Cp) Of Tropical Fruits: Cajá, Cashew Apple, Cocoa, Kiwi, Pitanga, Soursop Fruit And Yellow Melon. International Food Research Journal 19 (3) : 811-814. Unicamp. Brazil Petrucci
Pauliza, O., 2008. Fisika Kelompok Teknologi. Grafindo Media Pratama. Jakarta

Purwanto, B., 2009. Fisika Dasar 1. Liberty. Yogyakarta

Rizal, 2011. Kalorimeter. www.ocayarizal.blogspot.com. (Diakses pada tanggal 3 Desember 2013)

Sahara, Z., 2010. Sifat Reologi Bahan Pangan. Andi Offset. Yogyakarta

Saloko, S., 1997. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram

Sebayang, D., 1986. Teori Elastisitas. Erlangga. Jakarta

Setyaningsih, D., 2011. Teknologi Isolasi Minyak Atsiri. Liberty. Yogyakarta

Sinell, HJ.,  1992.  Einführung in Die Lebensmittel Hygiene  3. Überarbeitete Auflage. Verlag Paul Parley. Berlin

Sudiana. P., 2005. Dasar-Dasar Fisika. Binaputra Aksara. Jakarta

Sugiharto, 1987. Gelombang dan Medan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Supardi, N. I., 2007. Pengecilan Ukuran Produk Pertanian. Andi Offset. Yogyakarta
Sutrisno, E.T., 2010. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Universitas Pasundan Press. Bandung

Syarief, R., 1998. Pengetahuan Bahan Industri Pertanian. Mediatama Sarana Prakasa. Jakarta

Tandra, 2011. Laporan Praktikum Konversi Satuan. http://rianrtandra. wordpress.com/2011/10/20/laporan-praktikum-satuan-operasi-i-konversi-satuan.html. (Diakses pada hari Minggu, 22 Desember 2013)

Utami, Isni., 2009. Mekanika Fluida. www.lontar.ui.ac.id (Diakses pada tanggal 3 Desember 2013)

Walker, J., 2008. Dasar-Dasar Fisika (Terjemahan). Binaputra Aksara. Jakarta 










No comments:

Post a Comment