Wednesday, July 9, 2014

LAPORAN FISIKA DASAR II

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM FISIKA DASAR II




KELOMPOK 1
GELOMBANG 2

Rizki Hasmi J1B012115
























PROGRAM STUDI TEHNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2014


HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini dibuat sebagai syarat kelulusan Praktikum Fisika Dasar II.
Disahkan di         : Mataram
Hari, Tanggal      : 17 Januari 2014
Mengetahui,
Co.Ass Acara I



(                                     )
(G1B0100  )


Co.Ass Acara II



(Ninin Irmania)
(G1B010008)
Co.Ass Acara III



(Ana Fityatun Mujahidah)
(G1B010022)
Co.Ass Acara IV



(Andi Mutia Fitri)
(G1B011002)

Koordinator Co.Ass Praktikum Fisika Dasar
Fakultas MIPA Universitas Mataram

(Lalu Dalilul Falihin)
G1B010



KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya laporan praktikum Fisika Dasar II ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah selain sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Fisika Dasar II juga untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai praktikum ini dan dapat menambah wawasan praktikan karena laporan ini memuat teori-teori dari buku yang sangat bervariasi.
            Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada dosen pembimbing dan semua pembimbing yang telah membimbing kami selama kegiatan praktikum. Penyusun menyadari laporan tetap Fisika Dasar II ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan bagi perbaikan penyusunan laporan ini selanjutnya.
            Semoga laporan tetap ini bermanfaat bagi mahasiswa lainya dan para praktikan untuk tahun-tahun berikutnya dan terutama bermanfaat bagi pembaca. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan pada pembuatan laporan tetap ini.
Mataram, Januari 2013           

Tim Penysusun



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................ ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ iv
ACARA I.     PENGUKURAN INTENSITAS BUNYI.................................................. 1
ACARA II.    OSCILLOSCOPE........................................................................................ 10
ACARA III.  PENGUKURAN LENSA TIPIS............................................................... 17
ACARA IV.  REFRAKTOMETER................................................................................. 24
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 28





ACARA I
PENGUKURAN INTENSITAS BUNYI
A.      PELAKSANAAN PRAKTIKUM
I.       Tujuan
1.      Mengukur intensitas bunyi dari sumber bunyi
2.      Menentukan koefisien serap bahan HVT (Half Value Thickness) bahan
II.    Waktu
Hari / Tanggal              : Senin, 30 Desember 2013
Waktu                          : 14.00-15.00
III. Tempat
Praktikum ini dilakasanakan di Laboratorium Fisika Lantai 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram

B.       ALAT DAN BAHAN
1.      Sound level meter
2.      Sumber bunyi /Generator sumber bunyi
3.      Mikrophone
4.      Jangka Sorong / micrometer skrup
5.      Bahan Penyekat

C.       LANDASAN TEORI
Gelombang bunyi merupakan vibrasi / getaran dari molekul-molekul zat dan saling beradu satu sama lain, namun demikian zat tersebut terkoordinasi menghasilkan gelombang serta mentransmisi enrgi tanpa diseertai perpindahan energi partikel. Gelombang bunyi yang dapat didengar oleh manusia berada pada jangkauan 20 hingga 20.000 Hz (Narsi, 2010)
Banyak energy yang dipancarkan sumber persatuan luas selama selang waktu tertentu / daya gelombang persatuan luas dikenal sebagai intensitas bunyi. Pada saat gelombang persatuan luas dikenal sebagai intensitas bunyi. Pada saat gelombang berekspansi dari suatu jarak r1 dari sumber ke jarak r2, maka luas permukaannya berubah dari
 P = 4πr12I1 = 4πr22I2
Dimana I1 dan I2  masing-masing ada;ah intensitas bunyi pada jarak r1 dan r2
Untuk menghitung intensitas bunyi, maka perlu diketahui energi yang dibawa oleh gelombang bunyi tersebut. Jumlah energy yang melewati medium setiap m2/s atau watt/m2 dinyatakan :
I = 0,5ρVA2(2πF)2
Dimana : ρ    = massa jenis medium (kg/m3)
                V  = cepat rambat gelombang bunyi (m/s)
                A  = Amplitudo sumber bunyi (m)
                F   = Frekuensi (Hz)
Berdasarkan persamaan di asta bahwa intesitas bukan hanya bergantung terhadap nilai karakteristik alamiah dari gelombang yaitu frekuensi dan amplitude namun sangat bergantung juga terhadap rapat jenis medium, cepat rambat gelombang pada medium (Gustani, 2008)
Intensitas bunyi yang digunakan adalah intensitas bunyi yang diturunkan dan hasil pengukuran tetap intensitas. Hubungan antara taraf bunyi hasil pengukuran dengan menggunakan soundlevel meter dengan intensitas bunyi adalah didasarkan pada :
β = 10 log I0/IA
Dimana β adalah tarif intensitas bunyi (dB), I0 adalah intensitas bunyi yang didengar (10-12 watt/m2).
Rentang intensitas bunyi (dB) untuk frekuensi rata-rata 1000 Hz dibagi menjadi dua yaitu Iloud dan Iquiet yang masing-masing memiliki besar 1 Hz dan 10-12 Hz. Pada persamaan di atas IA yang digunakan adalah Iquiet karena dianggap dalam kondisi tenang (Gabriel, 2008).

D.      PROSEDUR PERCOBAAN
1.      Peralatan yang akan digunakan untuk mengukur intensitas bunyi disusun
2.      Hidupkan soundlevel meter pada posisi on amati dan catat taraf intensitas noise (background noise) yang ditujukan soundlevel meter sebelum melakukan pengamatan intensitas sumber bunyi
3.      Hidupkan generator pembangkit sumber bunyi yang terhubung dengan mikrofon
4.      Amati besarnya nilai taraf intensitas yang ditijukan oleh soundlevel meter dengan tanpa adanya medium diantara sumber dan soundlevel meter
5.      Letakkan penghalang atau medium absorber dengan ketebalan tertentu anatar sumber bunyi dan soundlevel meter. Amati atenuasi dan intensitas yabf yang ditunjukkan soundlevel meter.
6.      Lakukan percobaan 2-5 untuk frekuensi sumber bunyi dan medium absorber yang berbeda-beda.

E.       HASIL PENGAMATAN
a.       Tanpa Absorber
No
Sumber Bunyi (Hz)
TI (β) noise (dB)
TI (β) bunyi (dB)
Intensitas (watt/m2)
1
2
3
± 200
± 350
± 550
65,8
65,8
65,8
84,3
91,5
102,6
2,652 x 10-4
1,4082 x 10-4
18,9662 x 10-3

b.      DenganAbsorber
No
Sumber Bunyi (Hz)
Ketebalan Absorber (m)
TI (β) noise (dB)
TI (β) bunyi (dB)
Intensitas (watt/m2)
1
2
3
4
5
6
± 200
± 350
± 550
± 200
± 350
± 550
4,73 x 10-3
4,73 x 10-3
4,73 x 10-3
8,93 x 10-3
8,93 x 10-3
8,93 x 10-3
65,8
65,8
65,8
65,8
65,8
65,8
83,0
80,5
83,5
80,2
78,3
84,0
1,975 x 10-4
1,084 x 10-4
2,234 x 10-3
1,009 x 10-4
0,009 x 10-3
0,251 x 10-3

F.        ANALISIS DATA
1.      Percobaan Tanpa Penghalang
Menentukan intensitas bunyi mula-mula
Untuk f1 = ± 200 Hz
Diketahui : β bunyi     = 84,3 dB
                   β noise     = 65,8 dB
                   IA                  = 10-12 watt/m2
Ditanya :    I0                  = ….?
Jawab :       I0              = Ibunyi – Inoise
                                   = (IA.10β/10) - (IA.10β/10)
                                   = (10-12.108,24) - (10-12.106,58)
                                   = 2,691 x 10-4 – 0,038 x 10-4
                                   = 2,652 x 10-4 watt/m2
Untuk f1 = ± 350 Hz
Diketahui : β bunyi     = 91,5 dB
                   β noise     = 65,8 dB
                   IA                  = 10-12 watt/m2
Ditanya :    I0                  = ….?
Jawab :       I0              = Ibunyi – Inoise
                                   = (IA.10β/10) - (IA.10β/10)
                                   = (10-12.109,15) - (10-12.106,58)
                                   = 1,412 x 10-3 – 0,0038 x 10-3
                                   = 1,4082 x 10-3 watt/m2
Untuk f1 = ± 550 Hz
Diketahui : β bunyi     = 102,6 dB
                   β noise     = 65,8 dB
                   IA                  = 10-12 watt/m2
Ditanya :    I0                  = ….?
Jawab :       I0              = Ibunyi – Inoise
                                   = (IA.10β/10) - (IA.10β/10)
                                   = (10-12.1010,26) - (10-12.106,58)
                                   = 18,970 x 10-3 – 0,0038 x 10-3
                                   = 18,9662 x 10-3 watt/m2
2.      Percobaan Dengan Penghalang
Untuk f1 = ± 200 Hz
Diketahui : x1            = 4,73 x 10-3 m
                   I0            = 2,654  x 10-4 watt/m2
                   β bunyi  = 83,0 dB
Ditanya :    I             = . . . . ?
                   α            = . . . . ?
Jawab :       I             =  Ibunyi – Inoise
                                 = (IA.10β/10) - (IA.10β/10)
                                 = (10-12.108,3) - (10-12.106,58)
                                 = 1,412 x 10-3 – 0,0038 x 10-3
                                 = 1,4082 x 10-3 watt/m2
                   α            = -
                                 = -
                                 = 32,399 m-1
Untuk f1 = ± 350 Hz
Diketahui : x1           = 4,73 x 10-3 m
                   I0            = 2,654  x 10-4 watt/m2
                   β bunyi  = 80,5 dB
Ditanya :    I             = . . . . ?
                   α            = . . . . ?
Jawab :       I             =  Ibunyi – Inoise
                                 = (IA.10β/10) - (IA.10β/10)
                                 = (10-12.108,05) - (10-12.106,58)
                                 = 1,122 x 10-4 – 0,038 x 10-4
                                 = 1,084 x 10-4 watt/m2
                   α            = -
                                 = -
                                 = 272,41 m-1



Untuk f1 = ± 550 Hz
Diketahui : x1           = 4,73 x 10-3 m
                   I0            = 18,9662  x 10-4 watt/m2
                   β bunyi  = 83,5 dB
Ditanya :    I             = . . . . ?
                   α            = . . . . ?
Jawab :       I             =  Ibunyi – Inoise
                                 = (IA.10β/10) - (IA.10β/10)
                                 = (10-12.108,35) - (10-12.106,58)
                                 = 2,238 x 10-3 – 0,038 x 10-3
                                 = 2,2342 x 10-3 watt/m2
                   α            = -
                                 = -
                                 = 226,004 m-1
Untuk f2 = ± 200 Hz
Diketahui : x2           = 8,93 x 10-3 m
                   I0            = 1,084  x 10-4 watt/m2
                   β bunyi  = 80,2 dB
Ditanya :    I             = . . . . ?
                   α            = . . . . ?
Jawab :       I             =  Ibunyi – Inoise
                                 = (IA.10β/10) - (IA.10β/10)
                                 = (10-12.108,02) - (10-12.106,58)
                                 = 1,047 x 10-4 – 0,038 x 10-4
                                 = 1,009 x 10-4 watt/m2
                   α            = -
                                 = -
                                 = 4,067 m-1
Untuk f2 = ± 350 Hz
Diketahui : x2           = 8,93 x 10-3 m
                   I0            = 1,618  x 10-4 watt/m2
                   β bunyi  = 78,3 dB
Ditanya :    I             = . . . . ?
                   α            = . . . . ?
Jawab :       I             =  Ibunyi – Inoise
                                 = (IA.10β/10) - (IA.10β/10)
                                 = (10-12.107,83) - (10-12.106,58)
                                 = 0,0676 x 10-3 – 0,0038 x 10-3
                                 = 0,0638 x 10-3 watt/m2
                   α            = -
                                 = -
                                 = 181,634 m-1
Untuk f2 = ± 550 Hz
Diketahui : x2           = 8,93 x 10-3 m
                   I0            = 20,839  x 10-3 watt/m2
                   β bunyi  = 8,93 dB
Ditanya :    I             = . . . . ?
                   α            = . . . . ?
Jawab :       I             =  Ibunyi – Inoise
                                 = (IA.10β/10) - (IA.10β/10)
                                 = (10-12.108,4) - (10-12.106,58)
                                 = 0,251 x 10-3 – 0,0038 x 10-3
                                 =0,2472 x 10-3 watt/m2
                   α            = -
                                 = -
                                 = 248,544 m-1


G.      PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan dibahas tentang mengukur intensitas bunyi dari suatu sumber bunyi (microphone) dan dapat menentukan koefisien serap bahan dan HVT (Half Value Thiekness). Sebagaimana yang kita ketahui disini kita akan membahas tentang mengukur intensitas bunyi atau gelombang bunyi. Gelombang bunyi itu sendiri merupakan getaran dari atau yang berasal dari molekul-molekul zat yang satu sama lain saling beradu. Sehingga akan menghasilkan gelombang, dan gelombang tersebut akan mentransmisikan energy tanpa disertai perpindahan partikel. Khusus untuk manusia itu sendiri gelombang bunyi itu sendiri yang dapat didengar yaitu 20-20.000 Hz.
Berdasarkan hasil pengamatan pengukuran intensitas bunyi maka didapatkan hasil pengamatan tanpa absorbse dan dengan absorbse. Untuk data tanpa absorbse didapatkan nilai I0 pada sumber bunyi pertama ±200 Hz sebesar 2,652 x 10-4 watt/m2. Untuk sumber bunyi ±350 Hz didapatkan nilai I0 sebesar 1,4082 x 10-3 watt/m2. Dan untuk nilai sumber bunyi ±550 Hz didapatkan nilai I0 sebesar 18,9662 x 10-3 watt/m2.
Sedangkan untuk hasil pengamatan dengan menggunakan absorber dengan ketebalan 4,73 x 10-3 m didapat nilai I dengan sumber bunyi ±200 Hz sebesar 1,957 x 10-4 watt/m2 dan α sebesar 32,399 m-1 . Untuk sumber bunyi ±350 Hz didapatkan nilai I sebesar 1,084 x 10-4 watt/m2 dan α sebesar 272,41 m-1. Dan untuk sumber bunyi ±550 Hz didapatkan nilai I sebesar 2,2342 x 10-3 watt/m2 dan α sebesar 226,004 m-1.
Dan nilai I pada ketebalan 8,93 x 10-3m dengan sumber bunyi ±200 Hz sebesar 1,009 x 10-4watt/m2 dan α sebesar 4,067 m-1. Untuk sumber bunyi ±350 Hz didapatkan nilai I sebesar 0,0638 x 10-3watt/m2 dan α sebesar 181,634 m-1. Dan untuk sumber bunyi ±550 Hz didapatkan nilai I sebesar 0,2472 x 10-3watt/m2 dan α sebesar 248,544 m-1. Nilai α yang didapatkan merupakan koefisien dari daya serap bahan. Nilai α akan semakin meningkat jika sumber bunyi yang diberikan juga ditingkatkan.



H.      PENUTUP
1.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik bebrapa kesimpulan yaitu :
1. Nilai I0 yang didapatkan dari sumber bunyi ±200 Hz, ±350 Hz, ±550 Hz berturut-turut adalah 2,652 x 10-4watt/m2, 1,4082 x 10-3watt/m2, dan 18,9662 x 10-3watt/m2. Dan nilai I dengan absorbse dengan ketebalan 4,73 x 10-3m dengan sumber bunyi ±200 Hz, ±350 Hz, ±550 Hz berturut-turut adalah 1,975 x 10-4watt/m2, 1,084 x 10-4watt/m2, dan 2,2342 x 10-3watt/m2. Dan nilai I untuk absorbse dengan ketebalan 8,93 x 10-3m dengan sumber bunyi ±200 Hz, ±350 Hz, ±550 Hz berturut-turut adalah 1,009 x 10-4watt/m2, 0,0638 x 10-3watt/m2, dan 0,251 x 10-3watt/m2.
2. Besar nilai α untuk ketebalan 4,73 x 10-3m dan sumber bunyi ±200 Hz, ±350 Hz, ±550 Hz berturut-turut adalah 32,399 m-1, 272,41 m-1, 226,004 m-1. Dan untuk ketebalan 8,93 x 10-3 didapatkan nilai α dan dengan sumber bunyi ±200 Hz, ±350 Hz, ±550 Hz berturut-turut adalah 4,067 m-1, 181,634 m-1, 248,544 m-1.
2.      Saran
Adapun saran untuk Co.asistan acara I sebaiknya member penjelasan yang jelas dan memberikan contoh saat praktikum




ACARA II
OSCILLOSCOPE
I.              PELAKSANAAN PRAKTIKUM
       I.            Tujuan
1.      Dapat menggunakan oscilloscope dengan baik dan benar sebagai alat untuk pengukuran tegangan listrik dan pengamatan bentuk sinyal tegangan.
2.      Menentukan beda fase antara dua input pulsa sumber dengan pengamatan kurva Lissajaous
    II.            Waktu
Hari / Tanggal              : Senin, 30 Desember 2013
Waktu                          : 15.00-16.00
 III.            Tempat
Praktikum ini dilakasanakan di Laboratorium Fisika Lantai 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram

II.              ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1.      Set osciloskop
2.      Sumber tegangan dan generator pulsa
3.      Multimeter
b. Bahan
1. Kabel penghubung

III.              LANDASAN TEORI
Oscilloscope  adalah alat ukur yang mana dapat menunjukkan kepada anda ‘bentuk’ dari sinyal listrik dengan menunjukkan grafik dari tegangan terhadap waktu pada layarnya. Itu seperti layaknya voltmeter dengan fungsi kemampuanlebih, penampilan tegangan berubah terhadap waktu.sebuah graticule setiap 1cm grid membuat anda dapat melakukan pengukuran dari tegangan dan waktu pada layar (screen). Sebuah grafik, biasa disebut  trace/jejak, tergambar oleh pancaran electron menumbuk lapisan phosphor dari layar menimbulkan pancaran cahaya, biasanya berwarna hijau atau biru. Ini sama dengan penggambaran pada layar televisi. Sebuah  oscilloscope dual trace  dapat menampilkan jejak rangkap/dua pada layarnya, untuk mempermudah pembandingan sinyal  input  dan  output  dari sebuah amplifier sebagai contohnya (Kadiawarman, 1993).
Secara umum osiloskop berfungsi untuk menganalisa tingkah laku besaran yang berubah-ubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal yang sedang diamati. Dengan Osiloskop maka dapat mengetahui berapa frekuensi, periode dan tegangan dari sinyal. Dengan sedikit penyetelan bisa diketahui beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran. Ada beberapa kegunaan osiloskop lainnya, yaitu:
·      Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
·      Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
·      Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik.
·      Membedakan arus AC dengan arus DC.
·      Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu.
Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar.
Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat dua sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran.
Ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan pada layar monitor osiloskop, yaitu:
1.    Gelombang sinusoida
2.    Gelombang blok
3.    Gelombang gigi gergaji
4.    Gelombang segitiga.
Untuk dapat menggunakan osiloskop, harus bisa memahami tombol-tombol yang ada pada pesawat perangkat ini, seperti telah diutarakan diatas.
Secara umum osiloskop hanya untuk circuit osilator ( VCO ) disemua perangkat yg menggunakan rangkaian VCO. Walau sudah berpengalaman dalam hal menggunakan osiloskop, kita harus mempelajari tombol instruksi dari pabrik yg mengeluarkan alat itu. Cara menghitung frequency tiap detik. Dengan rumus sebagai berikut : F = 1/T, dimana F = frekuensi dan T = waktu. Untuk menggunakan osiloskop haruslah berhati-hati, bila terjadi kesalahan sangat fatal akibatnya (Sugyono, 2000).
Komponen utama osiloskop adalah tabung sinar katoda ( CRT ). Prinsip kerja tabung sinar katoda adalah sebagai berikut: Elektron dipancarkan dari katoda akan menumbuk bidang gambar yang dilapisi oleh zat yang bersifat flourecent. Bidang gambar ini berfungsi sebagai anoda. Arah gerak elektron ini dapat dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnetik. Umumnya osiloskop sinar katoda mengandung medan gaya listrik untuk mempengaruhi gerak elektron kearah anoda. Medan listrik dihasilkan oleh lempeng kapasitor yang dipasang secara vertikal, maka akan terbentuk garis lurus vertikal dinding gambar. Selanjutnya jika pada lempeng horizontal dipasang tegangan periodik, maka elektron yang pada mulanya bergerak secara vertikal, kini juga bergerak secara horizontal dengan laju tetap.Sehingga pada gambar terbentuk grafik sinusoidal. Sebuah benda bergetar sekaligus secara harmonik, getaran harmonik (super  posisi) yang berfrekuensi dan mempunyai arah getar sama akan menghasilkan satu getaran harmonik baru berfrekuensi sama dengan amplitudo dan fase tergantung pada amplitudo dan frekuensi setiap bagian getaran harmonik tersebut. Hal itu berdasarkan metode penambahan trigonometri atau lebih sederhananya lagi dengan menggunakan bilangan kompleks. Bila dua getaran harmonik super posisi yang berbeda, frekuensi terjadi getaran yang tidak lagi periodik. Basis waktu secara periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri kekananmelalui permukaan layar. Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan ke Y atau masukan vertikal osiloskop, menggerakkan bintik keatas dan kebawah sesuai dengan nilai tegangan yang dimasukkan. Selanjutnya bintik tersebut menghasilkan jejak berkas gambar pada layar yang menunjukkan variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu. Bila tegangan masukan berkurang dengan laju yang cukup pesat gambar akan kelihatan sebagai sebuah pola yang diam pada layar (Ariswoso, 2006).

IV.              PROSEDUR PERCOBAAN
1.      Lakukan kalibrasi pada osciloskop sebelum melakukan pengukuran (bersama-sama asisten)
2.      Hubungkan input osciloskop pada generator pulsa
3.      Amati apa yang ditampilkan dilayar osciloskop apabila jenis pulsa pada generator diubah
4.      Lakukan perhitungan frekuensi dan vpp untuk yang berbeda, bandingkan jika pengukuran menggunakan multimeter.
5.      Tentukan besarannya frekuensi sumber yang tidak diketahui jika salah satu frekuensi sumber diketahui dengan metode lissajous.

V.              HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Frekuensi Sumber Tegangang              
No.
Sumber
Vp (oseiloskop)
Periode
(T)
Frekuensi
(F = 1/T)
Skala
Time/div
1
303 Hz
5,2 div
2 ms
1,04×10-3 s
961,54 Hz
2
499 Hz
3,2 div
2 ms
0,64×10-3 s
1562,5 Hz
3
699 Hz
2,1 div
2 ms
0,44×10-3 s
2272,73 Hz
4
1,08 KHz
1,5 div
2 ms
0,3×10-3 s
3333,33 Hz
5
1,50 KHz
1,1 div
2 ms
0,22×10-3 s
4545,45 Hz
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kurva Lissajous
No.
Frekuensi Sumber (Hz)
Perbandingan x dan y
Frekuensi Sumber Lainnya yang dicari (Hz)
x
y
1
50 Hz
1
1
50 Hz
2
100 Hz
1
2
50 Hz
3
150 Hz
1
3
50 Hz
4
200 Hz
1
4
50 Hz
5
250 Hz
1
5
50 Hz

VI.              ANALISIS DATA
1.    Percobaan untuk mengetahui frekuensi sumber tegangan
a.    Data Pertama
Diketahui   :    Sumber                = 303 Hz
                        Skala Horizontal  = 5,2 div
                        Time/div              = 2 ms
                                                    = 0,2×10-3 s/div
Ditanya      :    1) Periode (T)      = . . .?
                        2) Frekuensi (F)   = . . .?
Jawab         :    1) T                      = skala horizontal × time/div
                                                    = 5,2 div × 0,2×10-3 s/div
                                                    = 1.04×10-3 s
                        2) F                      =
                                                    =
                                          = 961,54 Hz
Tabel Frekuensi Sumber Tegangan
No.
Sumber
Vp (oseiloskop)
Periode
(T)
Frekuensi
(F = 1/T)
Skala
Time/div
1
303 Hz
5,2 div
2 ms
1,04×10-3 s
961,54 Hz
2
499 Hz
3,2 div
2 ms
0,64×10-3 s
1562,5 Hz
3
699 Hz
2,1 div
2 ms
0,44×10-3 s
2272,73 Hz
4
1,08 KHz
1,5 div
2 ms
0,3×10-3 s
3333,33 Hz
5
1,50 KHz
1,1 div
2 ms
0,22×10-3 s
4545,45 Hz
2.    Percobaan untuk kurva lissajous
a.    Data pertama
Diketahui   :    Sumber (F1)    = 50 Hz
                        x                      = 1
                        y                      = 1
Ditanya      : F2                      = . . .?
Jawab         :    x : y   = F1 : F2
                        F2        =
                                    =
                                    = 50 Hz

Tabel Kurva Lissajous
No.
Frekuensi Sumber (Hz)
Perbandingan x dan y
Frekuensi Sumber Lainnya yang dicari (Hz)
x
y
1
50 Hz
1
1
50 Hz
2
100 Hz
1
2
50 Hz
3
150 Hz
1
3
50 Hz
4
200 Hz
1
4
50 Hz
5
250 Hz
1
5
50 Hz

VII.              PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita akan membahas bagaimana cara menggunakan alat ukur listrik (oscilloscope) dengan baik dan benar, dan untuk mengetahui bagaimana bentuk sinyal tegangan. Selain itu juga kita disini harus bisa membedakan fase antara dua input pulsa dengan pengamatan kurva Lissajous.
Seperti yang diketaui, osciloskop adalah suatu alat ukur listrik yang dapat menggambarkan bagaimana tegangan yang berubah dalam setiap waktunya dan dapat menggambarkan bentuk sinyal tegangan. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan untuk percobaan frekuensi sumber tegangan didapatkan hasil pengamatan pada masing-masing sumber yaitu pada sumber 303 Hz frekuensinya paling rendah dibandingkan dengan tegangan 1,50 KHz dengan frekuensi hasil 4545,45 Hz. Hal ini dikarenakan nilai periode (T) dan nilai skala pada sumber tegangan lebih rendah nilainya dan begitu juga sebaliknya pada sumbe tegangan 1,50 KHz. Ini menandakan bahwa semakin rendah nilai tegangan yang diberikan maka panjang dari tegangan untuk melewati tengangan tersebut akan semakin banyak, dan nilai frekuensi duapun rendah.
Sedangkan untuk hasil pengamatan kurva lissajous untuk frekuensi sember (F1) 50 Hz, 100Hz, 150 Hz, 200 Hz, dan 250 Hz didapatkan nilai F2 sama-sama sebesa 50 Hz, dengan rumus F2 =  . nilai (y) sangat mempengaruhi hasil nilai yang ada.
Berdasakan analisis data frekuensi tegangan dan kurva Lissajous yang didapatkan untuk nilai frekuensi yang dihitung dengan nilai frekuensi yang ditetapkan sangat berbeda. Hal ini bisa dikarenakan oleh alat yang sudah tua sehingga hasilnya tidak maksimal dan untuk faktor perhitungan yang sudah dijelaskan pada frekuensi sumber tegangan dikarenakan nilai periode (T) dan nilai skala horizontal, sedangkan untuk kurva lissajous dikarenakan oleh nilai (y) yang sangat berpengaruh.

VIII.              PENUTUP
1.      Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan anlisis data dapat disimpulkan:
a.    Osciloskop adalah alat ukur listrik yang dapat menggambarkan tegangan dan sinyal tegangan.
b.    Nilai frekuensi yang tertinggi untuk frekuensi sumber tengangan yaitu sebesar 4545,45 Hz.
c.    Nilai F2 yang dihasilkan perhitungan kurva lissajous rata-rata menghasilkan nilai 50 Hz.
d.   Faktor yang mempengaruhi nilai frekuensi sumber tegangan adalah nilai (T) dan skala
e.    Faktor yang mempengauhi nilai kurva lissajous adalah nilai (y).
2.      Saran
Kepada semua pihak yang terlibat pada praktikum ini diharapkan serius dan teliti dalam melaksanakan praktikum guna memperoleh hasil yang bermanfaat untuk kelangsungan kuliah Anda.





ACARA III
PERCOBAAN LENSA TIPIS
A.      PELAKSANAAN PRAKTIKUM
 IX.            Tujuan
1.      Mempelajari sifat bayangan suatu lensa.
2.      Menentukan panjang titik api lensa postif dan lensa negatif.
I.         Waktu
Hari / Tanggal              : Kamis, 2 Januari 2014
Waktu                          : 8.00-9.00
II.      Tempat
Praktikum ini dilakasanakan di Laboratorium Fisika Lantai 3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram

B.       ALAT DAN BAHAN

1.      Sumber cahaya

2.      Bangku optik beserta penjepit lensa dan layar.

3.      Lensa positif, lensa negatif

4.      Mistar

C.      LANDASAN TEORI
Sebuah lensa konvergen atau positif, dibentuk sedemikian sehingga semua sinar sejajar yang jatuh padanya dibelokkan pada titk yang sama. Garis melalui pusat lensa yang tegak lurus pada bidang lensa dinamakan sumbu optik. Semua sinar datang yang sejajar dengan sumbu optik dibelokkan sedemikian hingga sinar-sinar itu melewati titk f ‘ pada sumbu optik, yang dinamakan titk fokus lensa (Cromer, 1994:294).
Lensa konvergen atau lensa positif adlah lensa yang lebih yebal dipusat dari pada di sisi dan akan memusatkan suatu berkas sinar sejajar pada satu mtitik yang nyata. Lensa divergen atau lensa negatif adalah lensa yang lebih tipis dipusat dari pada di sisi dan akan memancarkan suatu berkas sinar sejajar dari suatu titk api maya. Lensa konvergen membentuk bayangan nyata dan terbalik dari obyek-obyek yang diletakkan sebelah luar titk api utama. Bila nobyek berada antara titik api utama dan bayangan maya ( pada sisi lensa yang sama seperti obyek ), tegak dan diperbesar. Lensa divergen menghasilkan bayangan yang maya, tegak dan diperkecil (Moran,2002).
Lensa tipis biasanya berbentuk lingkaran dan kedua permukaannya melengkung. Jika berkas-berkas yang paralel dengan sumbu jatuh pada lensa tipis, akan difokuskan pada satu titik yang disebut titk fokus ( F ). Hal ini dapat tepat benar untuk lensa dengan permukaan sferis. Tetapi akan hampir benar, yaitu berkas-berkas paralel akan difokuskan pada satu bagian kecil yang hampir berupa titik, jika diameter lensa kecil dibandingkan dengan radius kelengkungan kedua permukaan lensa. Kriteria ini dipenuhi oleh lensa tipis, yang sangat tipis dibandingkan dengan diameternya (Giancoli, 2001:357).
Lensa – lensa yang bagian tengahnya lebih tebal dibandingkan tepinya disebut lensa pengumpul ( asalkan indeks bias lensa tersebut lebih besar dari indeks bias medium disekitarnya ), lensa – lensa ( dengan indeks bias lebih besar daripada indeks bias medium disekelilingnya ) yang bagian tengahnya lebih tipis dibanding bagian tepinya adalah lensa penyebar atau lensa negatif ( Tipler,1991:421 ).

D.      PROSEDUR PERCOBAAN
1.      Menentukan focus lensa positif
a.       Diletakkan sumber cahaya, benda, lensa positif, dan layar berurutan.
b.      Diatur letak lensa positif, mengukur jarak lensa dengan benda sebagai s.
c.       Digeser layar hingga mendapatkan bayangan yang jelas.
d.      Ditentukan jarak lensa dengan layar sebagai s`.
e.       Diulangi langkah diatas dengan mengubah s.
f.       Dicatat hasil s dan s` untuk menentukan f.
2.      Menentukan focus lensa negatif (lensa negatif dibelakang lensa positif)
a.       Dilakukan cara a1 sampai a4, kemudian dicatat s dan s`.
b.      Diletakkan lensa negatif antara lensa positif dan layar, mengatur letak layar sehingga mendapatkan bayangan yang jelas.
c.       Diukur jarak kedua lensa sebagai x.
d.      Diukur jarak lensa negatif dengan layar sebagai s2`.
e.       Diulangi percobaan dengan s1 yang sesuai dengan s yang berlainan.
f.       Dicatat hasilnya dan mencari focus lensa negatif dengan persamaan :
F2    = 
E.       Hasil Pengamatan
1.      Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Panjang Titik Fokus Lensa Positif
No
S1(cm)
S1`(cm)
F
1
2
3
4
5
16
17,5
19
16
15,5
24,5
22
21
25
26
Nyata, Terbalik, Diperbesar
Nyata, Terbalik, Diperbesar
Nyata, Terbalik, Diperbesar
Nyata, Terbalik, Diperbesar
Nyata, Terbalik, Diperbesar


2.      Tabel 3.2. Hasil Pengamatan Panjang Titik Fokus Lensa Negatif
No
S1(cm)
S2`(cm)
X(cm)
F
1
2
3
4
5
17
17
22
16
18
6
5,5
5,5
8,5
15
20
19,5
13
19
15
Nyata, Terbalik, Diperbesar
Nyata, Terbalik, Diperbesar
Nyata, Terbalik, Diperkecil
Nyata, Terbalik, Diperbesar
Nyata, Terbalik, Diperbesar

F.       Analisis data
1.      Menentukan Panjang Titik Fokus Lensa Positif
Ø  Titik Fokus
a.       Data Pertama
Diketahui :    S1    = 0,16 m
                     S1`   = 0,245 m
Ditanya :           = . . . . ?
Jawab :            =
                    =
                        =
                     = 0,096 m
b.    Titik Fokus Rata-Rata
                          =
                            =
                            = 0,273 m
No
 -
1
2
3
4
5
0,273
0.974
0.099
0,098
0,097
0,273
0,273
0,273
0,273
0,273
-0,117
0,701
-0,174
-0,175
-0,176
0,031
0,491
0,030
0,031
0,031
1,364


0,614



Ø  Standar Deviasi
                          =
                           =
                           =
                                  = 0,175
Ø  Nilai Titik Fokus Positif
                                             =
                                        max  =    
                                                = 0,273 + 0,175
                                                = 0,448
                                        man  =    
                                                = 0,273 – 0,175
                                                = 0,098
Ø  Persen eror
                 % eror      =  ­­­­­­­x 100%
=  ­­­­­­­x 100%
= 64,10 %
2.      Menentukan Panjang Titik Fokus Lensa Negatif
Ø  Menentukan S2 Data Pertama
Diketahui :        x       = 0,2 m
                          S1`  = 0,245 m
Ditanya :           S2    = . . . .  ?
Jawab :              S2    = x – S1`
                                 = 0,2 - 0,245
                                 = -0,045



Ø  Titik Fokus Lensa Negatif
2.      Data Pertama
                              =
                                 =
                                 = -0,18 m
3.      Titik Fokus Rata-Rata Lensa Negatif
                          =
                            =
                            = -0,130 m
No
 -
1
2
3
4
5
-0,18
-0,046
0,176
-0,189
-0,413
-0,130
-0,130
-0,130
-0,130
-0,130
-0,05
0,084
0,306
-0,059
-0,283
2,5 x 10-3
7,056 x 10-3
0,094
3,481 x 10-3
0,080
-0,652


0,187

Ø  Standar Deviasi
                          =
                           =
                           =
                                  = 0,097
Ø  Nilai Titik Fokus Positif
                                             =
                                        max  =    
                                                = (-0,130) + 0,097
                                                = -0,033
                                        man  =    
                                                = (-0,130) – 0,097
                                                = -0,227
Ø  Persen eror
                 % eror       =  ­­­­­­­x 100%
=  ­­­­­­­x 100%
                                 = 74,615 %

G.      PEMBAHASAN
Lensa cembung biasanya disebut dengan lensa positif, bagian tengahnya labih tebal dari bagian tepinya. Sedangkan lensa cekung disebut dengan lensa negatif, dan bagian tengahnya lebih tipis dari bagian tepinya. Lensa sendiri yaitu benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan dan minimal salah satu permukaannya itu merupakan bidang lengkung. Dimasing-masing lensa memiliki sifat yang berbeda. Lensa cembung bersifat nyata, terbalik, dan diperbesar. Kemudian lensa cekung sifatnya maya, tegak, diperkecil.
Dari hasil pengamatan dan analisis data, lensa cembung memiliki nilai dan titik fokus sesuai dengan teori dan pengamatan dari praktikum, bahwa lensa cekung bersifat nyata, terbalik, diperbesar dan bernilai negatif. Sedangkan pada lensa cekung nilai titik fokus pengulangan ketiga memiliki nilai 0,176 atau bisa disebut bernilai positif. Dan pada sifat yang keluar di bayangan objek lensa cekung nyata, terbalik, diperbesar, tetapi ada juga yang nyata, terbalik, diperkecil, ini dikarenakan adanya bantuan dari lensa cembung untuk memperjelas bayangan. Manfaat lensa pada bidang pertanian yaitu untukmengetahui tekstur tanah dengan menggunakan mikroskop.

H.      PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dari hasil pengamatan, analisis data, dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan :
a.       Sifat lensa cekung sama dengan sifat lensa cembung karena adanya bantuan lensa cembung, yaitu bersifat nyata, terbalik, dan diperbesar,
b.      Nilai panjang titik fokus lensa positif adalah 0,448 meter, dan lensa negative adalah -0,033 meter


2.      Saran
Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan buku petunjuk praktikum, agar dalam praktikum tidak terjadi kesalahan.










ACARA IV
REFRAKTOMETER
A.      PELAKSANAAN PRAKTIKUM
I.         Tujuan
1.      Menentukan indeks bias larutan dengan konsentrasi tertentu
2.   Menentukan indeks bias cairan pembersih mata untuk berbagai merk.
II.      Waktu
Hari / Tanggal              : Kamis, 2 Januari 2014
Waktu                          : 8.00-9.00
III.   Tempat
Praktikum ini dilakasanakan di Laboratorium Fisika Lantai 3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram

B.       ALAT DAN BAHAN
1.      Refraktometer
2.      Aquades
3.      Cairan pembersih dan penyegar nata (Insto, Visin, Rohto)

C.      LANDASAN TEORI
Indeks bias merupakan suatu nilai yang menunjukkan perbandingan anatara kecepatan cahaya pada ruang hampa dengan kecepatan cahaya pada suatu medium/zat padat. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
n =
dengan :
n = indeks bias medium
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (3 x 108m/s)
v = kecepatan cahaya dalam medium
            Alat yang digunakan untukmengukur indeks bias (n) dari suatu larutan (zat) adalah refraktometer. Perubahan konsentrasi dari zat terlarut mempunyai besar nilai indeks bias suatu larutan tersebut,begitu pula halnya dengan larutan gula dimana dengan meningkatkan konsentrasi larutan gula besarnya indeks bias larutan semakin besar (Ariswoso. 2006).
            Indeks bias merupakan bilangan yang menunjukkan kekuatan pembiasan suatu medium. Indeks bias mutlak suatu medium merupakan kelajuan cahaya dalam ruang hampa atau umunya dalam udara dibagi dengan kelajuan cahaya dalam medium (Giancoli, 2008)
            Laju cahaya dalammedium misalnya kaca, air atau udara ditentukan oleh indeks bias, yang didefisinikan sebagai perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa terhadap laju tersebut dalam medium (Cromer, 1994)

D.      PROSEDUR PERCOBAAN
1.       Lakukan pengujian pada refraktometer untuk beberapa cairan pembersih dan penyegar mata
2.       Lakukan masing-masing 3 kali pengujian untuk masing-masing merk
3.      Berdasarkan data hasil pengematan buatlah grafik yang menyatakan hubungan antara konsentrasi dan nilai indeks bias.

E.       HASIL PENGAMATAN
NO
LARUTAN
PENGUKURAN NILAI INDEKS BIAS


I
II
III
1

2

3
Aquades

Insto

Visine
1.333

1.335

1.335
1.333

1.335

1.335
1.334

1.335

1.334


F.       ANALISIS DATA
1.   Menentukan  indeks bias rata-rata larutan
a.    Larutan Aquades

No
Ni
1
2
3
1.333
1.333
1.334
          
·         Indeks bias rata-rata (fi)
n           = £ni
                   i
                                    =1.333+1.333+1.334
                                                      3
                                    = 4 =1.333
                                        3

b.   Larutan INSTO
No
Ni
1
2
3
1.335
1.335
1.335
          
·         Indeks Bias rata-rata (N)
n            = £ni
                    I
              =1.335 + 1.335 +1.335
                                3
              =1.335

c.    Larutan VISINE

No
Ni
1
2
3
1.335
1.335
1.334

·         Indeks bias rata-rata
                        n          = £ni
                   I
              =1.335 + 1.335 +1.334
                              3
                             =1.3346
2.   Grafik hubungan antara jenis larutan  (x)dan nilai indeks bias rata-rata larutan  (y)

G.      PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada pengukuran indeks bias larutan Aquades.INSTO dan VISINE didapatkan nilai indeks bias rata-rata aquades yaitu sebesar 1.333 dan untuk nilai indeks bias rata-rata untuk larutan visin dan insto yaitu masing-masing sebesar 1.3346 dan 1.335  Dari hasil diatas dapat kita lihat bahwa nilai indeks bias rata-rata yang terbesar yaitu larutan pembersih mata insto,visin lalu terakhir adalah aquades,perbedaan nilai indeks bias rata-rata dari laruatan aquades  visin,dan insto bisa disebabkan karna dua faktor yaitu  : Pertama :pada saat menentukan pembatas sisi terang dengan sisi gelap itu kurang tepat sehingan nilai pada larutan aquades misalnya Pada percobaan I Nilai indeks bias sebesar 1.333 begitu pula percobaan II
Sedangkan untuk nilai indeks bias pada percobaan III sebesar 1.334 sehingga ini merupakan kesalahan dari praktikan.  Sedangkan untuk faktor kedua yaitu disebabkan oleh konsentrasi larutan itu sendiri. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka nilai indeks bias larutan tersebut juga semakin besar.sehingga larutan insto merupakan larutan yang konsentrasinya paling tinggi. Sedangkan manfaat dari refraktometer tersebut untuk tehnik pertanian sendiri yaitu sebagai alat yang mempermudah untuk mendekteksi larutan yang paling cocok konsentrasinya untuk tanah misalnya pada pembuatan pupuk

H.      PENUTUP
1.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Dapat menentukan indeks bias larutan dengan konsentrasi tertentu dengan mendapatkan pengamatan .
2.      Nilai indeks bias larutan masing-masing adalah aquades sebesar 1.333 dan Insto Visin sebesar 1.335 dan 1.334
3.      Nilai indeks bias rat-rata tertinggi yaitu insto sebesar 1.335
4.      Nilai indeks bias dipengaruhi oleh konsetrasi larutan .
5.      Manfaat dari refratometer bagi teknologi pertanian yaitu sebagai penentu atau sebagai membantu mempermudah pada saat penelitian.
2.      Saran
Adapun saran untuk acara IV yaitu sebaiknya pada pratikum alat penunjang pratikum agar ditambah jumlahnya agar waktu pratikum lebih efisien






DAFTAR PUSTAKA
Arisworo, Djoko, dkk. 2006. Fisika Dasar Jakarta; Grafindo Media Pratama.
Cromer AH. 1994. Fisika untuk ilmu hayati. Edisi kedua. Penerjemah. Prawirosusanto S. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Gabriel, J.F., 2008. Fisika Kedokteran. Jakarta:ECG
Giancoli. (2001). FISIKA, Erlangga:Jakarta.
Gustami, D., 2008. Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan. Bandung: Grafindo
Kadiawarman,dkk.1993.Fisika Dasar I.jakarta:Dekdikbud
Nasri,2010, Penuntun Praktikum Fisika Dasar,Jambi
Moran. 2002. Termodinamika Teknik. Jakarta : Erlangga
Sogyono.2000.KONSEP-KONSEP FISIKA IA.Klaten: Intan Pariwara
Tipler, Paul A., 1991.Physics For Scientists And Engineers. California: Word Publisher.inc


No comments:

Post a Comment