Wednesday, July 9, 2014

LAPORAN DASAR-DASAR ILMU TANAH, kadar lengas tanah, warna tanah, dan lain lain

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah merupakan materi yang melapisi daratan di bumi yang terdiri dari bahan organik dan bahan anorganaik. Bahan anorganik meliputi batuan penyusun litosfer, air dan udara. Sedangkan bahan organik berasal dari hewan dan tumbuhan. Variasi komponen suatu penyusun tanah akan menentukan ciri, sifat, watak dan kelakuan tanah. Tanah adalah akumulasi tubuh alam yang bebas, menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tumbuhan, memiliki sifat sebagai pengaruh iklim dan jasa hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu dan selama jangka waktu tertentu pula. Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi, tersusun dari masa padat, cair dan gas yang terdapat dipermukaan bumi, berasal dari pelapukan batuan atau dekomposisi bahan organik.
Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65-75 % dari berat manusia dewasa terdiri dari air. Air memiliki fungsi sebagai unsur hara tanaman, sebagai pelarut unsur hara dan merupakan bagian dari sel-sel tanaman.
Pertumbuhan tanaman dalam tanah tidak dapat dipisahkan dari air, maka diperlukan penentuan kadar lengas tanah untuk mengetahui jumlah air yang tersedia didalam tanah. Kadar lengas adalah air yang terdapat didalam tanah yang terikat oleh tanah. Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikatan spesifik yang berhubungan dengan tekanan air. Pengukuran kadar lengas tanah sangat dibutuhkan untuk mengetahui jumlah kadar air tersedia pada tanah.
Tekstur tanah adalah salah satu sifat tanah yang menunjukan komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi tanah fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur tanah sangat menentukan tingkat pertumbuhan tanaman dan penyerapan air serta mineral. Dalam menetapkan tekstur tanah terdapat dua metode, yaitu menurut metode perasaan dilapangan atau uji kualitatif. Metode ini dimulai dengan masa tanah kering atau lembab  yang dibasahi secukupnya kemudian dipijat diantara ibu jari dan telunjuk  sehingga membentuk bola lembab. Hal yang dirasakan adalah kasar atau licin kemudian ditentukan tekstur berdasarkan tabel. Metode lain yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pada metode ini terdapat tiga tahapan yaitu analisis ukuran partikel,  yaitu menghilangkan bahan-bahan pengikat tanah.
Tekstur tanah berpengaruh terhadap ketersediaan air yang ada dalam tanah. Untuk mengetahui peranan tekstur tanah bagi ketersediaan air, unsur hara dan pertumbuhan tanaman, maka penting dilakukan pengamatan tekstur tanah, sehingga dapat dipahami dan bisa diketahui berbagai macam tekstur tanah itu sendiri.
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung  satu dengan yang lain membentuk agregat dari yang hasil peroses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara dimana partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Didalam tanah dengan struktur yang baik, partikel debu dan pasir dipegang bersama agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara, juga akar tanaman untuk untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil (mikropori) memegang air untuk  kebetulan tanaman. Idealnya  bahwa struktur disebut granular.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur padat. Struktur tanah berpengaruh terhadap gerakan air, gerakan udara, suhu udara, suhu tanah dan hambatan mekanik perkecambahan biji serta penetrasi akar tanaman.
Tanah merupakan materi yang meliputi daratan bumi yang terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan anorganik meliputi batuan penyusun litosfer, air dan udara. Sedangkan bahan organik berasal dari hewan dan tumbuhan. Variasi komponen penyusun tanah akan menentukan ciri, sifat dan kelakuan tanah.
Setiap daerah di Indonesia memiliki warna tanah yang berbeda-beda, ha ini berkaitan dengan kandungan tanah itu sendiri. Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Bila drainase agak baik, warna kelabu tanah lapisan bawah bercak-bercak kuning. Pada tanah drainase baik, aerasi baik, air dan suhu menguntungkan untuk periston kimia besi dalam tanah yang teroksidasi  dan terhidrasi, sehingga menjadi senyawa berwarna merah dan kuning. Warna tanah sangat dipengaruhi oleh kadar kelembaban, itu terjadi karna koloid-koloid kehilangan air oleh pengaruh drainase, penguapan (evaporasi) dan oleh isapan akar tumbuhan.
Untuk menentukan warna tanah sampel, warna tanah tersebut dicocokkan dengan warna tanah yang ada di buku Munsell Soil Colour Chart. Pencocokan warna yang praktis meski pun tidak tepat dengan indikator paper.
Penetapan reaksi tanah (pH) tertentu yang terukur pada tanah ditentukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Oleh karna itu, penentuan pH tanah adalah salah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman. Reaksi tanah atau pH tanah menggambarkan status kimia tanah yang menunjukan ion H+ berkurang dan ion OH- bertambah, pH akan naik, status kimia tanah mempunyai proses biologi seperti pertumbuhan tanaman. Reaksi tanah menunjukan kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H) dalam tanah. Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi sifat dan ciri tanah yang komplit sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa dan macam kation yang diserap. Reaksi tanah dapat dikategorikan  menjadi menjadi tiga kelas yaitu masam, netral dan basa.
Pengolahan tanah yang tepat sangat membantu keberhasilan penanaman yang diusahakan. Pengolahan tanah untuk media pertumbuhan dan perkembangan tanaman sebaiknya dilakukan pada keadaan air yang tepat, yaitu tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah. Hal ini dimaksud agar tidak  merusak struktur tanah.
Salah satu hal yang perlu diketahui sebelum memulai suatu pengolahan tanah di suatu lahan adalah konsistensi tanah, karena konsitensi tanah merupakan resistensi terhadap deformasi/perpecahan dan ditentukan oleh adhesi dan kohesi tanah. Oleh karena itu, konsistensi tanah harus secara tepat, agar pengolahan tanah yang dilakukan dapat berjalan baik, serta dapat diusahakan secara maksimal. Selain menentukan langkah pengolahan tanah yang tepat,  konsistensi juga menentukan kemampuan tanah dilahan tersebut untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Konsistensi mempengaruhi jumlah oksigen dan air dalam tanah yang merupakan kebutuhan esensial pertumbuhan tanaman.
Batas konsistensi dapat diketahui melalui suatu tes laboratorium, dimana akan didapat variasi berbagai keadaan konsistensi tanah. Peningkatan konsistensi tidak merupakan harga mutlak dan sangat peka terhadap lingkungan, tekanan serta berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Keadaan air terendah dimana tanah bersifat plastis (lekat) disebut plastis dan batas tertinggi dimana tanah masih besifat plastis disebut batas cair. Jika pengolahan tanah dilakukan pada kandungan air dibawah batas plastis, maka tanah akan bergumpal dan pecah. Sebaliknya jika diolah di atas batas cair maka tanah akan bersifat seperti benda cair. Jadi pengolahan tanah yang paling tepat adalah saat kadar air tanah berada diantara batas cair dan batas plastis.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menetapkan kadar lengas contoh tanah kering udara menetapkan kadar lengas kapasitas lapangan, menetapkan kapasitas lengas maksimum dan menetapkan potensial lengas tanah. Untuk menetapkan kelas tekstur tanah secara kuantitatif. Untuk mengetahui cara  menentukan warna tanah. Untuk mengukur pH tanah aktual dan potensial, menentukan muatan tanah melalui pengukuran pH. Untuk menetapkan kerapatan butir tanah (BJ), menetapkan kerapatan massa tanah (BV), menghitung porositas total tanah (n). Serta untuk menetapkan batas cair tanah (BC), menetapkan batas lekat tanah (BL), menetapkan batas gulung tanah (BG), menetapkan batas berubah warna ( BBW), menghitung jangka olah tanah (JO), menghitung indeks plastisitas tanah (IP), menghitung persediaan air maksimum dalam tanah (PAM).


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah dan terikat oleh berbagai kakas (matrik, osmosis, dan kapiler). Kakas ini meningkat sejajar dengan peningkatan permukaan jenis α arah dan kerapatan  muatan elektrostatik α arah tanah. Tegangan lengas tanah juga menentukan beberapa banyak air yang terdapat diserap tubuh. Bagian lengas tanah yang tumbuh mampu menyerap dinamakan ketersediaan (Purwodidodo, 2006).
Tekstur tanah adalah susunan berat misbi fraksi pasir, debu, dan liat. Suatu kelas tekstur mempunyai batas susunan dari fraksi pasir, debu, dan liat. Misalnya tanah yang mengandung 40 persen berat pasir, atau lebih berat fraksi liat. Kurang dari 45 persen berat pasir dan kurang dari 40 persen berat debu dimasukkan kedalam kelas tanah bertekstur liat. Melalui pengujian tanah bertahun-tahun dihampir seluruh dunia dibutuhkan berbagai kelas tekstur tanah. Suatu pembagian kelas tekstur tanah yang banyak dikenal ialah pembagian 12 kelas tekstur tanah menurut United State Departemen Of Agriculture (USDA) batasan kelas-kelas tekstur digambarkan dalam segitiga tekstur tanah (Anonim, 2013).
Warna tanah merupakan sifat morfologi yang bersifat nyata dan mudah dikenal. Warna tanah dapat digunakan sebagai petunjuk sifat-sifat tanah seperti kandungan bahan organik, kondisi dranase, aerose serta meggunakan warna tanah dalam mengklasifikasikan tanah dan mencirikan perbedaan horizon-horizon dalam tanah( Hakim, 2007).
pH tanah merupakan ukuran keasaman atau kebasaan dalam tanah. pH didefinisikan sebagai logaritma negatif dari aktivitas ion hidrogen (H+) dalam larutan. Hal ini berkisar antara 0 – 14 dengan 7 menjadi netral. pH dibawah 7 bersifat asam dan diatas 7 adalah basa. pH tanah dianggap sebagai variabel master dalam tanah karena mengendalikan banyak proses kimia yang terjadi. Secara khusu pengaruh ketersediaan nutrisi tanaman dengan mengendalikan bentuk kimia dari zat gizi tersebut. Ada dua pengertian pH tanah yaitu pH aktual dan pH potensial. pH aktual adalah pH yang menunjukkan konsentrasi ion H+ baik yang berada di dalam larutan tanah maupun yang berada di dalam larutan serapan. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh pH tanah baik secara langsung maupun tidak langsung (Agus, 2009).
            Struktur tanah adalah salah satu sifat dasar tanah yang sangat mempengaruhi sifat tanah yang lain serta besar pengaruhnya terhadap kemampuan tanah sebagai media pertanaman. Struktur digunakan untuk mendeskripsikan agregasi secara umum atau susunan bagian padat tanah (Soepardi, 2008).
            Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi di antar partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah terdapat perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Pentingnya konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan sruktur tanah. Pentingnya struktur tanah adalah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman dilapisan tanah bawahan. Penentuan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan kandungan air tanah yaitu dalam keadaan basah, lembab atau kering (Hartai, 2007).













BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 27 Desember 2013 dan 3 Januari 2014 di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1. Alat-alat Praktikum
            Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan, sendok, oven, timbangan analitik, tabung tetes, plastik, karet, corong gelas, rak, stopwatch, gelas ukur, piknometer, timbangan analitik, kertas tisu untuk lap. Munsell soil colour chart, botol semprot, botol kocak, pH meter, alat tulis menulis, sanset casagrande, botol pemancar, cawan penguat diameter 12 cm, timbangan analitik, gelas beaker, oven, eksikator dan kertas label serta platula.
3.2.2. Bahan-bahan Praktikum
            Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tanah, air, kertas label, NaOH dan alkohol serta KCl.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Kadar Lengas Tanah
1.    Timbang cawan kosong  bersih dan tertutup (a gr).
2.    Masukkan contoh tanahnya kedalam  cawan kira-kira separuh penuh kemudian ditimbang (b gr).
3.    Dengan tutup terbuka masukkan cawan yang terisi tanah tersebut kedalam oven yang telah diatur temperaturnya 105 c – 110 c biarkan yang paling sedikit 24 jam.
4.    Setelah dioven dikeluarkan mendingin di dalam eksikator kira-kira 15 menit, kemudian ditimbang (c gr).
5.    Langkah-langkah 1- 4 dikerjakan untuk contoh tanah lainnya.
3.3.2. Tekstur Tanah
1.    Siapkan contoh tanah, kemudian letakkan tabung sedimentasi.
2.    Masukkan contoh kedalam tabung 1 sampai pada garis 15 .
3.    Tambahkan aquades hingga tanda pada garis 45 kemudian tutup rapat.
4.    Kocok selama 10 menit hingga homogen.
5.    Buka tutup tadi, letakkan pada rokk dan biarkan mengendap selama 30 detik.
6.    Tuangkan larutan 1 dengan perlahan kedalam tabung ii  kedalam tabung iii.
7.    Dicatat tinggi endapan.
8.    Pengulian.
3.3.3. Warna Tanah
1.    Ambil bongkah tanah dengan permukaan yang asli jika tanah dalam keadaan kering bisa dibasahkan untuk memperoleh permukaan tanah asli.
2.    Bandingkan warna tanah dengan warna-warna  pada buku munsell.
3.    Catat Hue, value, dan chroma. Jika ada bercak dan kokresi  tentukan juga warnanya.
4.    Lakukan pengamatan serupa (langkah-langkah) untuk tanah dalam keadaan lembab dan basah.
3.3.4. Kemasaman Tanah
1.    Timbang contoh tanah 10 gram, masukkan ke dalam botol kocok.
2.    Tambahkan aquades 20 ml untuk pH H2O dan 20 ml 0,1 N KCl untuk pH KCl.
3.    Aduk dengan pengaduk gelas hingga tanah betul-betul larut selama kurang lebih sepuluh menit. Diamkan selama 15 menit.
4.    Ukur pH tanah dengan PH meter.
3.3.5. Konsistensi Tanah
3.3.5.1. Batas Cair Tanah  (BC).
1.    Disiapkan 100 gram contoh tanah, dimasukan ke dalam gelas beaker, berikan air secukupnya dan aduk sampai merata hingga membentuk pasta yang homogen.
2.    Dipindahkan sebagian pasta tanah dalam cawan casagrande menjadi dua bagian menggunakan pengalur. Pembelahan di mulai dari sisi atas cawan (setelah diratakan setebal 1 cm ).
3.    Diputar engkol pemutar cawan pada casagrande dengan kecepatan 2 putaran perdetik sampai alur pada cawan menyatu sepanjang 1,27 cm.
4.    Di catat jumlah ketukan yang didapat untuk mencapai keadaan ( butir 3), kemudian diambil contoh tanah disekitar alur yang telah menyatu untuk ditetapkan kadar lengasnya secara gravimetrik menggunakan oven pada suhu 105º  C selama 4 – 8 jam.
5.    Penetapan kadar lengas tanah tersebut dilakukan pada jumlah ketukan antara 15 – 40 ketukan untuk membentuk alur sepanjang 1,27 cm.
6.    Batas cair diperoleh dengan menentukan kadar lengas pada 25 ketukan, dengan menggunakan bantuan rumus sebagai berikut :
Wp25/Wpn = ( n/25 )0,121
3.3.5.2. Batas Lekat Tanah (BL)
1.    Disiapkan contoh tanah 100 gram, masukan kedalam gelas beaker, basahi dan aduk merata dengan spatula atau pengaduk.
2.    Pemberian air suling dan pengadukan terus dilakukan agar terbentuk pasta yang homogen.
3.    Diambil pasta tanah tersebut dan gumpalkan pada tangan kemudian tusukan spatula atau pengaduk yang telah disediakan. Penusukan dilakukan hingga kedalaman 2,5 cm dengan kecepatan 1 cm per detik.
4.    Diperiksa permukaan pengaduk :
a.    Bila bersih berarti batas lekat belum tercapai
b.    Bia seluruh tusukan berisi ( dilengketi tanah ) berarti lengas tanah berada diatas batas lengket
c.    Bila 1,3 / 0,8 dari ujung penusuk dilekati tanah, berarti batas lengket telah tercapai.
5.    Diambil contoh tanah tersebut untuk ditetapkan kadar lengasnya menggunakan oven pada suhu 105º C - 110º C.
3.3.5.3. Batas Gulung Tanah (BG)
1.    Disiapkan contoh tanah 100 gram, masukan ke dalam gelas beaker, tambahkan air sambil diaduk sampai rata.
2.    Bola tanah diuli atau digulung diatas bidang permukaan rata (misal kaca atau persolen). Pengulian dilakukan dengan kecepatan 80-90 gerak setengah putaran permenit sampai terbentuk pita-pita (benang) tanah berdiameter 0.3 cm, jika pita-pita tanah tersebut menunjukkan keretakan patah, maka batas plastsitas tercapai, jika tidak, berarti kelengasannya terlalu tinggi dan pengaturan lengasnya dengan menambahkan tanah, perlu diulangi kembali dan dilanjutkan dengan pengulian lagi hingga tercapai kriteria batas plastis diatas.
3.    Diambil pita-pita tanah yang telah memenuhi kriteria tersebut untuk menetapkan kadar lengasnya dengan oven pada suhu 105-110oC.
3.3.5.4. Batas Berubah Warna (BBW)
1.    Diratakan sampai tipis dan licin pasta tanah pada permukaan papan menggunakan pengaduk. Ketebalannya dibuat sedemikian rupa sehingga menipis dibagian tepi. Ketebalan bagian tengahnya >3mm.
2.    Disimpan ditempat yang bebas dari sinar matahari langsung dan kering anginkan. Pada waktu lengas menguap, maka warna tanah akan menguap dan berubah dari bagian tepi dan berjalan perlahan ketengah.
3.    Setelah perubahan warna mencapai lebar >0.5cm, bagian yang berubah ini diambil bersama-sama dengan bagian yang ada disampingnya, dengan bagian yang lebih gelap selebar 0.5 cm untuk ditetapka kadar lengasnya lengasnya sebagai BBW.
3.3.6. Struktur Tanah
3.3.6.1. Kerapatan Butir Tanah (BJ)
1.    Timbang piknometer kosong, bersih, bersumbat (a gram)
2.    Di isi piknometer dengan air (sampai leher piknometer/ sampai penuh)
3.    Timbang piknometer penuh dengan air (b gram), kemudian ukur temperaturnya, liahat dalam daftar yang tersedia berapa BJ air pada temperatur itu (BJ)
4.    Air dalam piknometer di buang. Bersihkan bagian leher piknometer sampai bersih dengan tisu, kemudian tiuang alkohol, goyangkan piknometer sampai semua tetes air larut, lalu di buang dan di keringkan
5.    Di masukkan 5 gram tanah ke dalam piknometer (c gram)
6.    Di isikan air sampai penuh. Timbang piknometer berisi tanah dan air (d garm), kemudian ukur temperaturnya (BJ2)
7.    Catat hasil perhitungannya.
3.3.6.2. Kerapatan Massa Tanah (BV)
1.    Ambil sebongkah contoh tanah yang dapat masuk ke dalam tabung ukur, ikat dengan benang agar dapat digantung, timbang bongkah tanah (a gram).
2.    Masukkan bongkah tanah dalam cairan lilin sampai merata.
3.    Tunggu sampai selaput lilin keras, bongkah tanah berlilin ditimbang (b gram).
4.    Masukkan tanah berlilin yang sudah kering ke dalam tabung yang bervolume air tertentu. Ukur volumenya.
5.    Catat  hasil pada tabel pengamatan.



           




















BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil  Pengamatan Kadar Lengas, Tekstur  dan Warna Tanah
No
Pengamatan
Nilai
Keterangan
1
Kadar lengas
Tanah A
Tanah B

21,9%
33,91%

-
2
Tekstur Tanah
- Sedimentasi
Pasir (%)
Debu (%)
Liat (%)
- Pengulian
Pasir (%)
Debu (%)
Liat (%)


63%
30%
7%

60%
30%
10%


Lempung berpasir (SL)



Lempung berpasir (SL)
3
Warna tanah
Tanah A(lembab)
Tanah B(kering)
Tanah C(lembab)

2,5/1 7,5YR
7/1    7,5YR
2,5/2  5YR

Black
Light gray
Dark reddish brown

Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Kemasaman Tanah
Larutan
pH
Nilai
KCl
H2O
5
4
+1

Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Struktur Tanah
Kerapatan Tanah
Nilai
BJ
BV
Porositas Total Tanah
2,5185 gr/cm3
0,768 gr/cm3
69,50 %

Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah
Ketetapan
Nilai
BC
BL
BG
BBW
JO
IP
PAM
28,42%
44,1%
4,59%
12,02%
39,51%
23,92%
16,4%


4.2. Pembahasan
Kadar lengas tanah artinya kandungan uap air yang terdapat dalam pori-pori tanah, yang mampu diikat oleh partikel-partikel tanah dan tersimpan dalam tanah. Pada percobaan lengas tanah yang digunakan adalah tanah kering. Berat tanah sebelum dioven lebih besar dari pada sebelum dioven. Perbedaan berat itu terjadi karena saat dioven air yang terkandung dalam tanah menguap, sehingga mengurangi bobot tanah.
            Berdasarkan hasil perhitungan kadar lengas pada cawan A (yang tidak ditambahkan air) didapatkan kadar lengas 21,92%   sedangkan untuk cawan  B (yang ditambahkan air) didapatkan kadar lengas 33,91%. Cawan B memilik kadar lengas yang cukup tinggi karena tanah pada cawan B ditambahakan air kemudian dikeringkan, sedangkan pada cawan A tidak ditambahkan air, dan tanah yang digunakan kadar airnya sedikit. Kadar lengas yang tinggi pada tanah sangat berguna bagi tanaman, karena tanaman bisa menyerapnya untuk tumbuh dan berkembang secara maksimal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar lengas tanah yaitu banyaknya kadar curah hujan, kemampuan tanah menahan air, tingginya muka air tanah dan besarnya evapotranspirasi.
Penetapan tekstur tanah secara kuantitatif pada prinsipnya adalah memisahkan fraksi pasir, liat, dan debu. Selanjutnya dihitung persentase perbandingan relatifnya. Metode yang digunakan dalam penentuan tekstur tanah ini adalah sedimentasi dan metode pengulian.  
            Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu menurut metode perasaan dilapangan atau uji kualitatif. Metode ini dimulai dengan masa tanah kering atau lembab  yang dibasahi secukupnya kemudian dipijat diantara ibu jari dan telunjuk  sehingga membentuk bola lembab. Hal yang dirasakan adalah kasar atau licin kemudian ditentukan tekstur berdasarkan tabel. Metode lain yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pada metode ini terdapat tiga tahapan yaitu analisis ukuran partikel,  yaitu menghilangkan bahan-bahan pengikat tanah. Dengan menggunakan metode sedimentasi diperoleh hasil dengan nilai persentase pada pasir sebesar 63%, debu 30%, dan liat 7% dengan kelas tekstur lempung berpasir (SL). Gambar dibawah ini menunjukkan persentase pasir, debu dan liat pada metode sedimentasi.
Liat 7%
Debu 30%
Pasir 63%

















Gambar 4.2. Segitiga Tekstur Tanah menurut USDA

Sedangkan pada metode pengulian rasa dan sifat tanahnya pada saat diraba yaitu agak kasar, membentuk bola agak kukuh tetapi mudah hancur serta melekat dengan perkiraan persentase pasir adalah 60%, debu sebesar 30% dan liat 10%, kelas teksturnya adalah lempung berpasir juga. Dari kedua metode yang digunakan, secara kebetulan didapat hasil yang sama yaitu kelas tekstur tanahnya lenpung berpasir (SL).
            Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Pada praktikum penentuan warna tanah digunakan sampel tanah yaitu tanah kering dan tanah basah berdasarkan buku munsell colour soil chart, pada tanah kering diperoleh nilai   value 7, chroma 1 dan hue 7,5 YR dengan warna tanah light gray, pada tanah yang lembab bergumpal diperoleh nilai  value 2,5 chroma 1 dan hue 7,5 YR dengan warna tanah yaitu black, dan pada tanah yang kering lalu dibasahi diperoleh nilai value 2,5 chroma 2 dan hue 5 YR, diperoleh warna tanah dark reddish brown.Warna tanah berhubungan langsung secara proporsal dari total lampiran warna yang dipantulkan permukaan tanah, warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Warna tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang melapuk. Tanah lapisan bawah yang sedikit mengandung bahan organik berwarna kelabu muda. Bila drainase agak baik, warna kelabu tanah lapisan bawah bercak-bercak kuning. Pada tanah yang  berdrainase baik, aerasi baik, air dan suhu menguntungkan untuk periston kimia besi dalam tanah yang teroksidasi  dan terhidrasi, sehingga menjadi senyawa berwarna merah dan kuning. Warna tanah sangat dipengaruhi oleh kadar kelembaban, itu terjadi karna koloid-koloid kehilangan air oleh pengaruh drainase, penguapan (evaporasi) dan oleh isapan akar tumbuhan. Perbedaan warna tanah pada dasarnya dipengaruhi oleh empat bahan penting, yaitu persenyawaan besi, kandungan bahan organik, persenyawaan kuarsa dan persenyawaan mangan. Persenyawaan besi dalam tanah mengakibatkan warna tanah bervariasi, seperti merah, merah kecoklatan, kekuningan sampai kuning. Faktor-faktor yang mempengaruhi warna tanah  adalah bahan organik, iklim, serta jenis batuan induknya. Bahan organik yang terkandung pada tanah sangat mempengaruhi warna tanah, semakin banyak bahan organik yang terkandung pada tanah tersebut maka warna tanah akan semakin gelap.
Berdasarkan hasil analisis data, pH tanah bernilai 1. Dengan demikian pH yang diperoleh adalah positif, maka tanah yang digunakan pada praktikum ini diartikan tanah tersebut miskin atau sangat tua. Hal itu disebabkan karena tanah tersebut tidak dapat mengikat kation-kation yang sangat dibutuhkan oleh tanaman seperti Mg+2, Ca+2, dan Na+. Sedangkan jika pH yang diperoleh negatif maka tanah tersebut dikatakan mampu memegang kation-kation yang diperlukan tanaman dan tanah tersebut sangat baik sebagai media pertumbuhan tanaman. Kemasaman (pH) tanah aktual menggambarkan aktivitas ion hidrogen yang ada dalam larutan tanah, sebagai pelarutnya digunakan H2O. Kemasaman pH potensial menggambarkan aktivitas ion hidrogen yang ada dalam larutan tanah dan dikompleks jerapan koloid tanah yang mudah tertukar. Jika jumlah ion H+ lebih tinggi daripada ion OH- maka tanah akan bersifat masam dan sebaliknya jika jumlah ion OH- lebih besar daripada ion H+  maka tanah akan bersifat basa. Tanah dikatakan masam jika pH nya  5,5 ke bawah, netral jika pH-nya berkisar antara5,5 sampai 7,5 dan disebut basa jika pH-nya 7,5 ke atas. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung di dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah dan air hujan serta bahan induk.
Kualitas struktur tanah dapat dinyatakan dengan berbagai cara, salah satunya ialah  melalui porositas. Porositas dapat menjadi tolak ukur kualitas struktur tanah karena terdapat proses-proses kimia dan biologi  yang aktif terjadi dalam pori tanah. Pori-pori tanah mempengaruhi struktur tanah. Tanah yang mempunyai struktur mampat akan mempunyai porositas total yang rendah begitu juga sebaliknya tanah yang memiliki struktur longgar akan memiliki porositas total tanah yang tinggi.
Dalam perhitungan nilai porositas total tanah dibutuhkan nilai berat volume (BV) dan berat jenis (BJ). Berat volume tanah merupakan berat bongkah tiap satuan volume total bongkah tanah dan dinyatakan dalam g/cm3. Semakin tinggi nilai BV maka semakin mampat suatu tanah dan sebaliknya, semakin rendah nilai  BV strutur tanah semakin longgar.  Dalam menentukan nilai BV digunakan metode lilin. Prinsip kerja metode lilin yaitu membuat selaput lilin secara sempurna diseluruh permukaan bongkah, kemudian menimbang dan menghitung volumenya, sehingga dapat diketahui nilai antara berat bongkah yang berselimut lilin dengan volumenya.
Berat jenis (BJ) merupakan perbandingan relatif antara berat padatan  (tanpa volume pori)  yang dinyatakan dalam g/cm3. Besarnya nilai BJ dipengaruhi oleh jenis mineral tanah. Metode yang digunakan adalah volume padatan tanpa volume pori maka tanah yang digunakan bukan yang berbentuk bongkah, tetapi tanah dengan diameter 2 mm. Berdasarkan hasil analisis data, nilai BV 0,678 g/cm3, maka dari nilai BV tersebut struktur tanah yang didapat berstruktur longgar. Seharusnya nilai BV berkisar antara 1,1 sampai 1,6 g/cm3, nilai yang diperoleh dari perhitungan kurang dari nilai tersebut, hal ini terjadi karena praktikan kurang teliti dalam melakukan praktikum dan menghasilkan perhitungan yang kurang tepat. Nilai BJ yaitu 2,5185 g/cm3, seharusnya niai BJ tanah berkisar antara 2,6 sampai 2,7 gr/cm3, nilai BJ yang tidak sesuai dengan ketentuan karena saat melakukan praktikum, praktikan kurang teliti dan kurang mengikuti prosedur kerja yang ada. Porositas total tanah yang diperoleh adalah 69,50%. Pengolahan tanah ini harus diperhatikan sistem irigasinya, karena tanah ini berstruktur remah dengan nilai porositas total tanah yang tinggi. Manfaat mengetahui struktur tanah dalam bidang pertanian yaitu dapat mengetahui kandungan mineral, bahan organik, serta kebutuhan air dalam pengelolaan lahan pertanian.
Konsistensi merupakan sifat fisik tanah yang menunjukkan derajat adhesi dan kohesi zarah-zarah pada berbagai tingkat kelengasan tanah. Setiap jenis tanah memiliki konsistensi tanah yang berbeda-beda. Batas cair adalah kemampuan tanah dalam menahan air, bila harkat semakin tinggi maka tanah tersebut akan tahan terhadap tekanan yang ada diluar dan akan tetap berada pada kondisi alaminya. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh nilai BC tanah adalah 28,42%  yang harkatnya cukup rendah yang artinya tanah ini tidak terlalu kuat terhadap tekanan dari luar dan akan berubah bentuk.
Batas lekat adalah kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat, tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas lekat, maka tanah akan mudah lekat pada benda lain. Dari hasil pengamatan diperoleh BL tanah sebesar 44,1%.
Batas gulung adalah kadar air dimana tanah sudah tidak dapat digulung lagi, dimana didalam pengamatan ini diperoleh hasil BG tanah adalah sebesar 4,59%. Batas berubah warna adalah perubahan warna tanah yang basah karena kehilangan air, tanah lambat laun menjadi kering kemudian tanah menjadi berwarna lebih terang. Nilai BBW yang diperoleh adalah 12,02% yang artinya tanah cepat kehilangan air yang selanjutnya merugikan tanaman.
Jangka olah tanah adalah jangka atau rentang antara mudah atau tidaknya tanah untuk diolah dengan penambahan air. Sampai mudah atau sulitnya tanah dirombak atau dibongkar. Jangka olah menunjukkan besarnya perbedaan kandungan air pada batas lekat dnegan batas gulung. Tanah dengan jangka olah tanah yang rendah merupakan tanah yang lebih sukar diolah dari pada tanah dengan jangka olah yang tinggi. Berdasarkan perhitungan diperoleh jangka olah tanah 39,51%. Ini berarti tanah dengan harkat agak rendah, sehingga tanah ini agak sukar diolah.
Berdasarkan perhitungan diperoleh indeks plastisitas 23,92%. Indeks plastisitas adalah selisih antara BC dengan BG. Selisih ini menunjukkan derajat ketegakan tanah, artinya tanah itu mudah hancur atau mudah dibentuk baik hancur karena kekuranagan ataupun kelebihan air. Indeks plastisitas tanah yang rendah menunjukkan bahwa tanah yang digunakan pada praktikum ini mudah hancur.
PAM adalah rentan antara batas cair sampai batas berubah warna. Semakin kecil rentannya maka tanah akan semakin kecil pula dalam menyimpan air agar bisa digunakan tanaman. Berdasarkan perhitungan diperoleh persediaan air maksimum tanah adalah sebesar 16,4 % yang artinya kemampuan tanah memegang dan mempertahankan air tanah kecil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah tekstur tanah, struktur tanah, jumlah koloid-koloid organik dan anorganik, kondisi kelengasn tanah (kering, lembab, basah) serta kandungan air tanah.















BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.    Kadar lengas tanah cawan A adala9uh 21,92%, cawan B 33,91%, kadar lengas yang tinggi sangat baik untuk pertumbuhan tanaman.
2.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar lengas tanah yaitu banyaknya kadar curah hujan, kemampuan tanah menahan air, tingginya muka air tanah dan besarnya evapotranspirasi.
3.    Dengan metode sedimentasi, persentase pasir adalah 63%, debu 30%, liat 7%, sedangkan dengan metode pengulian diperkirakan persentase pasir 60%, debu 30%, liat 10%, kedua metode tersebut menghasilkan kelas tekstur lempung berpasir (SL).
4.    Warna tanah lembab berbeda dengan warna tanah kering dan berbeda juga dengan warna tanah kering yang dibasahi, tanah kering warnanya light gray, tanah lembab black dan tanah yang dibasahi dark reddish brown.
5.    Faktor-faktor yang mempengaruhi warna tanah  adalah bahan organik, iklim, serta jenis batuan induknya.
6.    pH tanah bernilai positif yang artinya tanah miskin unsur hara dan sangat tua, dimana tanah ini tidak mampu mengikat ion-ion positif seperti Mg+2,  Ca+2, dan Na+ yang sangat dibutuhkan tanaman.
7.    Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung di dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah dan air hujan serta bahan induk.
8.    Nilai BV 0,678 g/cm3 yang menandakan kerapatan tanah kecil, nilai BJ yaitu 2,5185 g/cm3, porositas total tanah yang diperoleh adalah 69,50%, nilai ini menunjukkan bahwa tanah yang digunakan berstruktur remah atau cepat hancur.
9.    Manfaat mengetahui struktur tanah dalam bidang pertanian yaitu dapat mengetahui kandungan mineral, bahan organik, serta kebutuhan air dalam pengelolaan lahan pertanian.
10.    Nilai BC tanah adalah 28,42%, BL tanah sebesar 44,1%, BG tanah adalah sebesar 4,59%, BBW tanah sebesar 12,02%,  jangka olah tanah 39,51% dan indeks plastisitas 23,92%, serta persediaan air maksimum tanah adalah sebesar 16,4 %.
11.    Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah tekstur tanah, struktur tanah, jumlah koloid-koloid organik dan anorganik, kondisi kelengasn tanah (kering, lembab, basah) serta kandungan air tanah.
5.2. Saran
            Sebaiknya praktikan lebih memahami prosedur kerja dan melakukan praktikum dengan sungguh-sungguh.






















DAFTAR PUSTAKA
Agussupriana, 2009. Keunikan Tanah. Erlangga. Jakarta.

Anonim. 2013. Tekstur Tanah. http://www.shpgowa.ac.id/informasi/artikel-ilmiah/154-tekstur-tanah. Diakses pada hari Rabu 25 Desember 2013.

Hakim. 2007. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hartai, 2007. Prinsip-Prinsip Ilmu Tanah. Raja Grafinda Jakarta. Jakarta.

Purwodidodo. 2006. Ganesa Tanah. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Soepardi, 2008. Klasifikasi Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.





No comments:

Post a Comment