ACARA I
LARUTAN BUFFER
A.
Pelaksanaan
Praktikum
1. Tujuan Praktikum :Untuk
mempelajari larutan buffer sederhana dan
menghitung
pH larutan buffer.
2.
Tanggal Praktikum : Jumat, 7 Juni 2013
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar Lantai III Fakultas
Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Mataram.
B. Landasan
Teori
Larutan penyangga (buffer) adalah larutan yang dapat
menjaga (mempertahankan) pHnya dari penambahan asam, basa, maupun pengenceran
oleh air. pH larutan buffer tidak berubah (konstan) setelah penambahan sejumlah
asam, basa, maupun air. Larutan buffer mampu menetralkan
penambahan asam maupun basa dari luar. Secara umum,
larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari Asam lemah
(HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan
larutan bersifat asam. Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+),
campuran ini menghasilkan larutan bersifat basa. Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:
1.
Larutan
penyangga yang bersifat asam
Larutan ini
mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari
asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu
basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan
menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang
bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium,
barium, kalsium, dan lain-lain.
2.
Larutan
penyangga yang bersifat basa
Larutan ini
mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat.
Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu
asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih (Adom, 2009 : 5).
Larutan buffer atau larutan penyangga adalah larutan yang
harga pH nya tidak berubah dengan penambahan sedikit asam, basa, atau air. Larutan
penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan penyangga
basa. Larutan penyangga asam mempertahankan pH pada daerah asam (pH <7 ),
sedangkan larutan penyangga basa mempertahankan pH pada daerah basa (pH >
7). Larutan penyangga asam mengandung suatu asam lemah dan basa konjugasi
sedangkan ;larutan penyangga basa mengandung suatu basa lemah dan asaam
konujugasi(Sunardi, 2006 :
34).
Cara kerja larutan penyangga :
Telah disebutkan bahwa larutan penyangga mengandung
komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat
mengikatbaik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan
sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pHnya secara signifikan. Berikut
ini cara kerja larutan penyangga:
1.
Larutan penyangga asam
Contoh
: CH3COOH dengan CH3COONa ; H2CO3
dengan NaHCO3 ; dan NaHCO3 dengan Na2CO3
Adapun cara kerjanya
dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung ; H2CO3 dan
HCO3- yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:
Pada
penambahan asam
Penambahan
asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+
yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion HCO3- membentuk
molekul H2CO3.
HCO3- (aq)
+ H+(aq) → H2CO3
(aq)
Pada penambahan basa
Jika
yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan
bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat
dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam (H2CO3),
bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi
dengan asam H2CO3 membentuk ion HCO3-
dan air.
H2CO3
(aq) + OH-(aq)
→ HCO3- (aq) + H2O(l)
2.
Larutan penyangga basa
Contoh : NH4OH dengan NH4Cl
Adapun cara kerjanya
dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+
yang mengalami kesetimbangan. Dengan
proses sebagai berikut:
Pada
penambahan asam
Jika
ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-.
Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi
ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini
menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion OH-.
Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.
NH3 (aq) + H+(aq)
→ NH4+ (aq)
Pada penambahan basa
Jika
yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri,
sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang
ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+), membentuk
komponen basa (NH3) dan air.
NH4+ (aq) + OH-(aq)
→ NH3 (aq) + H2O(l) (Farx,
2011 : 2).
Sifat-sifat larutan penyangga yaitu nilai Ka selalu tetap
pada suhu tetap sedangkan [H+] bergantung pada [HA] dan [MA].
Berdasarkan eksperimen perbandingan [HA] dan [MA] berada dalam rentang dan
mempunyai pH paling stabil jika [HA]/[MA] = 1, sehingga [H+] = Ka
atau pH = pKa. PH larurtan penyangga baik asam maupun
basa dapat ditulis :
v Untuk
asam
[H+] = Ka x
pH = - Log ( Ka x
)
= - Log Ka – Log
Atau :
pH = pKa - Log
v Untuk
basa
[OH-] = Kb x
Atau :
pOH = pKb - Log
pH = 14 – pOH
Dengan keterangan :
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
Kb =
tetapan ionisasi basa lemah
A =
jumlahmol asam lemah
b =
jumlah mol bas lemah
(Achmad, 2001 : 91).
Larutan penyangga
digunakan secara luas dalam kimia analitis, biokimia, bakteriologi, fotografi,
industri kulit, dan zat warna.Terutama dalam biokimia dan bakteriologi
diperlukan rentang pH tertentu yang sempit untuk mencapai hasil optimum. Kerja
suatu enzim, tumbuhnya kultur bakteri, dan proses biokimia lainnya sangat
sensitif terhadap perubahan pH. Cairan tubuh, baik cairan intrasel maupun
cairan luar sel merupakan larutan penyangga, yaitu pasangan dihidrogen fosfat-monohidrogenfosfat
( H2PO4- - HPO42- ). Sistem
reaksi ini bereaksi dengan asam dan basa (Michel,
2006 : 102 ).
C.
Alat
dan Bahan Praktikum
1. Bahan
Praktikum
- Larutan CH3COOH 0,1 M - Larutan NH4OH 0,1 M
- Larutan HCL 0,1 M - Larutan NaOH 0,1 M
2. Alat
Praktikum
-
Beaker gelas
-
Gelas ukur
-
Pipet tetes
-
pH meter
-
Rak tabung reaksi
-
Tabung reaksi
D. Skema
Kerja
+ 50 ml CH3COOH 0,1 M
+ 25 ml NaOH 0,1 M
- Amati
-
|
+ 10 ml NH4OH 0,1 M
+ 5 ml HCl 0,1 M
- Amati
-
|
+ 1 ml larutan buffer basa (dari hasil
percobaan)
|
Tabung reaksi II
|
Tabung reaksi
I
|
+ 1 ml Aquades
+ 2 tetes indikator
+ 2 tetes indikator fenolptalein
fenolptalein
- Amati
- Amati
Hasil
|
Hasil
|
E. Hasil
Pengamatan Dan Analisis Data
a. Hasil Pengamatan
1.
Pembuatan larutan buffer
Beaker
|
Hasil
|
||
PH
meter
|
PH
perhitungan
|
Jenis
larutan buffer
|
|
I
|
5
|
5
|
Asam
|
II
|
10
|
9
|
Bassa
|
2. Pengaruh
pengenceran
Tabung
|
Hasil
|
||
Larutan
buffer
|
+
aquades
|
Warna
setelah ditambahkan indikator
|
|
I
|
1
ml
|
+
1 ml aquades
|
Ungu terang
|
II
|
1
ml
|
Tanpa
penambahan
|
Ungu pekat
|
b.
Analisis Data
Ø Perhitungan
beaker I
Diketahui :
CH3COOH 0,1 M sebanyak 1 ml
NaOH sebanyak 1 ml
mmol CH3COOH = 1
ml x 0,1 M = 0,1 mmol
mmol NaOH = 1 ml x 0,1 M = 0,1 mmol
Reaksinya :
Mula-mula :
0,1 0,1 -
Setimbang
: 0,1 - 0,1
pH = pKa + log
=
5 + log
= 5 + log 1
= 5
Ø Perhitungan
beaker II
Diketahui :
NH4OH 0,1 M sebanyak 1 ml
HCL 0,1 M sebanyak 1 ml
Mmol NH4OH = 1 ml x 0,1 = 0,1
mmol
Mmol HCL =
1 ml x 0,1 = 0,1 mmol
Reaksinya :
Mula-mula : 0,1 0,1 -
Setimbang
:
0,1 - 0,1
pOH = pKb
+ log
= 5 + log 1
= 5
pH = pKw - pOH
= 14 - 5
= 9
F. Pembahasan
Pada praktikum ini dibahas tentang larutan buffer , Untuk
mengetahuinya pada percobaan pertama dengan menambahkan larutan asam cuka dan
natrium hidroksida yang menghasilkan reaksi sebagai berikut :
CH3COOH yang bersifat asam lemah dengan konsentrasi
0,1 M dengan volume 1 ml direaksikan dengan 1 ml NaOH yang bersifat basa kuat
dengan konsentrasi 0,1 M. Setelah itu pH larutan diukur dengan menggunakan pH meter dan menunjukkan pH larutan adalah 5. Pada
reaksi tersebut, sebenarnya larutan buffer dibuat dari asam lemah dengan
garamnya yang berasal dari asam kuat atau basa lemah dengan garamnya yang
berasal dari Basa kuat. Larutan buffer dapat mempertahankan pH karena dalam
larutan larutan natrium asetat dapat berdisosiasi dengan sempurna. Tetapi,
disosiasi asam asetat dapat diabaikan
Karena adanya ion – ion asetat dalam jumlah banyak yang
berasal dari disosiasi natrium asetat akan bergeser kesetimbangannya ke ruas
kiri ke dalam pembentukan asam asetat yang tidak berdisosiasi. Larutan demikian
akan memiliki pH tertentu dan juga baik sekali dalam mempertahankan pH jika
ditambahkan asam atau basa dalam jumlah banyak. Jika ion hidrogen (asam kuat)
ditambahkan akan membentuk asam asetat yang tidak berdisosiasi.
CH3COO- + H+ →
CH3COOH
Oleh karena itu, konsentrasi ion hidrogen tidak berubah,
tetapi bahwa jumlah ion asetat akan berkurang sedangkan jumlah asam asetat yang
tidak berdisosiasi bertambah. Disisi lain, apabila ditambahkan ion hidroksil
(OH-), ion hidroksil akan bereaksi dengan asam asetat.
CH3COOH + OH- → CH3COO- +
H2O
Dengan demikian, konsentrasi ion hidrogen (dan hidroksil)
tidak akan berubah, tetapi jumlah asam asetat akan berkurang sedangkan jumlah
ion asetat akan bertambah. Maka, dari prinsip inilah dikatakan bahwa larutan
penyangga dapat menunjukkan ketahanan terhadap asam maupun basa. Hal ini
membuktikan bahwa CH3COOH bisa mempertahankan pH meskipun telah
ditambahkan sedikit larutan basa. Hal ini juga dibuktikan dengan metode
perhitungan yang menghasilkan harga pH sebesar 5. Jadi, larutan buffer ini bersifat
asam.
Pada percobaan berikutnya, NH4OH sebanyak 100
ml dengan konsentrasi 0,1 M ditambahkan dengan 1 ml HCl dengan konsentrasi 0,1
M, menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut:
Setelah diukur dengan menggunakan pH larutan tersebut
dengan menggunakan pH meter menunjukkan harga pH sebesar 10 . Hal ini
menunjukkan bahwa larutan tersebut bersifat basa. Sifat tersebut juga
dibuktikan dengan metode perhitungan dengan menghasilkan harga pH sebesar 9.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa NH4OH dapat mempertahankan sifat
basanya walaupun ditambahkan dengan larutan HCl yang bersifat asam.
Pada percobaan ketiga, diambil larutan buffer yang
bersifat basa dari hasil percobaan. Kemudian, dituangkan kedalam dua buah
tabung reaksi yang berlainan masing-masing
diberikan 1 ml. Setelah itu, pada salah satu tabung reaksi tersebut di
tambahkan 1 ml aquades, kemudian ditambahkan indikator fenolftalein pada kedua
tabung reaksi tersebut dan menghasilkan warna yang sedikit berbeda. Pada tabung
reaksi yang ditambahkan dengan 1 ml aquades menghasilkan warna ungu terang dan
sedangkan pada tabung reaksi yang tidak ditambahkan aquades menghasilkan warna
ungu pekat. Pada percobaan ketiga ini menunjukkan bahwa larutan tersebut dapat
mempertahankan pH dan sifat basanya walaupun telah ditambahkan dengan sedikit aquades.
G. Kesimpulan
1.
Pengukuran
menggunakan pH meter dengan perhitungan biasa kadang akan dihasilkan pH yang
berbeda karena dipengaruhi oleh adanya kesalahan teknis pada pengaturan pH
meter dan juga kesalahan dalam pembacaan nilai pH larutan pada pH meter.
2.
Pada
larutan buffer asam pH nya
saat diuji menggunakan pH meter adalah 5 dengan perhitungan
biasa juga pH nya 5. Sedangkan larutan basa menggunakan pH meter pH nya 10 dan dengan
perhitungan biasa 9.
3.
Larutan
NH4OH bila diencerkan dengan sedikit aquades warnanya
ungu terang dan jika tidak ditambahkan aquades warnanya ungu pekat.
thanks
ReplyDeleteWibu anzenk
ReplyDelete